Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Jumat (12/1), kurs rupiah spot ditutup pada Rp 15.550 per dolar AS.
Dalam sepekan, kurs rupiah spot melemah 0,22% dalam sepekan dari posisi Rp 15.516 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor melemah 0,26% sepekan dan ditutup pada posisi Rp 15.559 per dolar AS, Jumat (12/1).
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menuturkan, pelemahan kurs rupiah sepekan terakhir mencatat pelemahan dalam sepekan disebabkan penguatan dolar dan prospek suku bunga AS yang masih bertahan pada 5,50%. Narasi itu kembali mencuat seiring data inflasi terbaru untuk Desember 2023 yang mengalami akselerasi pada 3,4% dari sebelumnya 3,1%.
Selain itu, data inflasi dari Tiongkok terpantau sedang mengalami deflasi, sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Seperti diketahui, Tiongkok adalah mitra dagang utama Indonesia.
“Perlu juga diperhatikan kembali memanasnya situasi di Laut Merah. Kondisi ini berdampak pada kenaikan harga minyak dunia yang menjadi kontribusi inflasi Amerika,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (12/1).
Baca Juga: Ini Sejumlah Mata Uang Asing yang Bisa Dilirik di Tengah Penguatan Dolar AS
Pengamat Mata Uang Lukman Leong mencermati, pelemahan rupiah sepekan ini terjadi setelah beberapa data ekonomi dari domestik yang lemah, seperti indeks kepercayaan konsumen, penjualan ritel dan penjualan mobil. Dolar AS sendiri relatif datar minggu ini, walaupun data inflasi yang lebih kuat.
Lukman melihat, investor berpandangan bahwa data inflasi AS terbaru tidak akan mengganggu rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga pada bulan Maret yang peluangnya masih cukup besar.
Sementara itu, data ekonomi dari China hari ini sebenarnya sedikit lebih baik dari perkiraan, namun secara keseluruhan masih memberikan gambaran akan permintaan yang masih lemah.
Menurut Lukman, investor selanjutnya akan menantikan data perdagangan Indonesia dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) di pekan depan. Dari eksternal, data Produk Domestik Bruto (PDB) China untuk kuartal keempat 2023 akan menjadi perhatian.
“Rupiah diperkirakan cenderung akan tertekan mengingat data perdagangan diperkirakan masih akan lemah, namun BI diharapkan masih mempertahankan suku bunga demi mendukung rupiah,” kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (12/1).
Baca Juga: Waspadai Kenaikan Drastis Harga Komoditas
Nanang menambahkan bahwa perkembangan politik Timur Tengah masih harus dicermati. Bilamana gejolak terus memanas, maka akan memicu kenaikan harga energi dan juga memunculkan sentimen untuk berlindung ke aset safe haven.
“Kondisi safe haven ini bisa membantu dolar AS menguat dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Nanang, investor juga perlu memperhatikan data inflasi produsen Amerika Serikat yang dirilis Jumat (12/1) malam ini. Jika data inflasi produsen tahunan AS kembali naik, maka bakal menjadi beban bagi rupiah. Dolar AS kemungkinan akan menguat dan juga muncul ekspektasi bahwa Fed masih akan pertahankan suku bunga pada level 5,50%.
Nanang menganalisis bahwa Rupiah tengah berupaya melemah lanjutan menuju Rp15.590, yang mana bila ditembusnya bisa mengerek rupiah ke Rp15.675. Sedangkan, potensi penguatan rupiah cenderung tertahan pada Rp 15.450.
Nanang memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.450 per dolar AS–Rp 15.675 per dolar AS di perdagangan pekan depan. Kalau Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.400 per dolar AS–Rp 15.700 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News