kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurs rupiah masih berpeluang menguat, dengan sejumlah catatan


Senin, 11 Februari 2019 / 20:43 WIB
Kurs rupiah masih berpeluang menguat, dengan sejumlah catatan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan nilai tukar rupiah masih mungkin terjadi lagi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini dengan catatan ada perbaikan dari sisi fundamental ekonomi domestik dan sentimen global kembali positif.

Perlu diketahui, Senin (11/2), kurs rupiah di pasar spot melemah 0,57% ke level Rp 14.034 per dollar AS. Untungnya, rupiah masih unggul terhadap dollar AS sebesar 2,47% bila dihitung sejak awal tahun.

Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyampaikan, defisit transaksi berjalan Indonesia masih menjadi penekan utama rupiah dari sisi domestik yang terjadi hari ini.

Terlebih lagi, di tahun lalu angka CAD Indonesia mencapai US$ 31,1 miliar atau setara 2,98% dari produk domestik bruto. Angka ini pun melebihi ekspektasi para analis dan pelaku pasar.

Upaya jangka panjang pemerintah dalam mengurangi defisit transaksi berjalan pun masih patut ditunggu. Mulai dari implementasi kebijakan B20, meningkatkan ekspor di luar komoditas, hingga mencari pasar ekspor baru guna mengantisipasi efek perang dagang dan perlambatan ekonomi dunia.

Jika sentimen defisit transaksi berjalan bisa diminimalisir, peluang tren penguatan rupiah diyakini akan sulit dibendung. Sebab, di luar itu, data-data ekonomi Indonesia lainnya masih menunjukkan hasil positif. Misalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang naik 5,17% sepanjang tahun lalu.

Di samping itu, terlepas dari kelanjutan negosiasi dagang antara AS dan China, belum ada sentimen eksternal yang benar-benar mempengaruhi psikologis rupiah. “Sentimen kenaikan suku bunga acuan AS praktis sudah jauh berkurang dampaknya setelah The Fed bersikap dovish saat FOMC meeting lalu,” ucap Enrico, hari ini.

Begitu pula dengan sentimen simpang-siurnya Brexit di Inggris dan memburuknya data-data ekonomi di kawasan Eropa. Sentimen-sentimen tersebut dinilai tidak terlalu berdampak signifikan terhadap rupiah mengingat Indonesia tidak memiliki hubungan dagang yang begitu intens dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Enrico pun memperkirakan, secara jangka pendek rupiah masih berpotensi terapresiasi di kisaran Rp 13.800—Rp 14.000 per dollar AS. Namun, untuk akhir tahun nanti rupiah diprediksi berada di kisaran Rp 14.400 per dollar AS.

“Level tersebut dianggap sudah cukup wajar mengingat struktur fundamental ekonomi Indonesia belum mengalami banyak perubahan,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×