Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah awal pekan ini dibuka pada Rp 13.994 per dollar Amerika Serikat (AS). Tapi, mata uang Garuda melemah 0,57% menjadi Rp 14.034 per dollar AS pada akhir perdagangan Senin (11/2). Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah berada di level Rp 13.995 per dollar AS. Angka ini terkoreksi tipis 0,021% yaitu dari Rp 13.992 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan pelemaan rupiah hari ini didominasi penguatan indeks dollar. Indeks dollar spot menguat 0,10% di level 96,737. “Perang dagang yang belum selesai kembali membuat dollar AS menguat,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (11/2).
Ia menambahkan pelaku pasar mengantisipasi negosiasi antara AS dan China. Meskipun Presiden AS Donald Trump telah memberikan sinyal positif belum ada kesepakatan perdagangan kedua belah pihak.
Beberapa mata uang utama pun melemah terhadap dollar AS. Pertama datang dari poundsterling, proposal Braxit nampaknya semakin jauh dari kesepakatan sebab voting kedua dijadwalkan menjadi akhir Maret molor dari rencana sebelumnya di akhir bulan ini.
Selain itu, Bank of England (BOE) membiarkan suku bunga tidak berubah, seperti yang diharapkan. Tetapi BOE memotong perkiraan untuk pertumbuhan produk domestik bruto 2019 menjadi 1,2% dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 1,7%.
Kedua euro yang melemah terhadap dollar AS. Penyebabnya adalah data industri dan manufaktur Jerman yang lebih lemah dari perkiraan yang dirilis pekan ini. Lalu, komisi Eropa memangkas perkiraan untuk pertumbuhan zona euro tahun ini menjadi 1,3% pada 2019, dibandingkan dengan 1,9% yang diekspektasikan pada November tahun 2018.
Ketiga yuan melemah juga karena China mengantisipasi perang dagang. Perekonomian China pun berada dalam ranah terkonsolidasi. Pasalnya China nunggu hasil kesepakatan tarif impor dagang dengan AS uang dijadwalkan awal Maret.
Dari sisi internal rilis data CAD 2018 yang melebar menjadi US$ 31,1 miliar, setara 2,98% dari total produksi domestik bruto (PDB) Indonesia. Dibanding tahun 2017 difisit neraca transaksi berjalan Indonesia hanya US$ 16,1 miliar atau 1,7% dari total PDB.
“CAD tidak terlalu berdampak terhadap rupiah sebab arus dana asing masih positif, investor masih cenderung net buy di pasar saham dan obligasi,” kata Josua. Ia mengaskan pelaku pasar cenderung tidak berlebihan menyikapi rupiah di tengah CAD yang memberikan peforma kurang baik.
Langkah The Fed yang dovish sebetulnya memengaruhi kurs rupiah. Menurutnya level Rp 13.900-Rp 14.100 per dollar AS adalah rentang wajar bagi rupiah. “Rupiah dalam area konsolidasi, karena pasar China baru buka setelah libur seminggu Imlek,” tutur Josua.
Bila ditelaah, sentimen harga minyak biasanya memengaruhi kurs rupiah. Saat ini harga minyak global sedang turun yang mana seharusnya membuat rupiah terapresiasi. Kata Josua, nampaknya sentimen tersebut tidak bisa melawan penguatan dollar AS.
Josua melihat data global yang akan dirilis nanti malam sampai dengan besok belum ada yang bias berdampak signifikan mengoreksi rupiah terlalu dalam. Adapun prediksi rupiah pada perdagangan besok Selasa (12/2) berada di Rp 13.950-Rp 14.050 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News