Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah dan daya beli membayangi prospek PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Prospek yang tertahan ini tampak pada kinerja hingga kuartal III 2023.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rut Yesika Simak mengatakan kinerja keuangan INDF tertekan karena kinerja segmen Bogasari dan agribisnis yang terkontraksi. Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan Bogasari terkoreksi 0,55% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 23,21 triliun. Segmen agribisnis tercatat turun 3,90% ke Rp 11,81 triliun.
Selain itu, tekanan juga datang dari pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). INDF mencatatkan selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan yang negatif sebesar Rp 766,79 miliar. Periode yang sama tahun 2022, INDF mencatatkan angka positif sebesar Rp 352,82 miliar.
Alhasil, saham INDF pun masih terus tertekan sepanjang tahun ini. Per Rabu (13/12) harga sahamnya di level Rp 6.400 per saham. Sejak awal tahun, harga INDF turun 4,83%.
Baca Juga: IHSG Masih di Atas 7.000, Rekomendasi Saham Hari Ini Bisa Anda Serbu
Yesika memproyeksikan, kinerja INDF di tahun depan pun masih akan dibayangi tekanan. "Resilient demand dari divisi CBP dan outlook untuk tepung dan agribisnisnya masih cenderung flat, bahkan cenderung melemah," kata Yesika kepada Kontan.co.id, Rabu (13/12).
Equity Analyst OCBC Sekuritas William Siregar memaparkan, kenaikan upah minimum yang rendah di 2024 juga mengindikasikan pertumbuhan daya beli yang lemah di tahun depan. Menurut dia, hal itu menimbulkan risiko bagi perusahaan-perusahaan bahan pokok seperti INDF karena eksposur perusahaan yang tinggi terhadap diskresioner.
"Kami memperkirakan reaksi bearish dari pasar terkait sentimen ini yang mengindikasikan adanya potensi penurunan untuk pergerakan harga saham INDF ke depannya," kata William.
Oleh karena itu, William memperkirakan tahun depan pendapatan INDF hanya tumbuh 4,8% menjadi Rp 120 triliun atau 2% di bawah konsensus. Sementara untuk laba bersih diperkirakan sebesar Rp 10 triliun atau 6% di bawah konsensus.
Baca Juga: Tahun Pemilu Jadi Berkah Buat ICBP, Simak Rekomendasi Sahamnya
Adapun untuk tahun 2023, OCBC Sekuritas memproyeksikan pendapatan INDF sebesar Rp 114,79 triliun atau tumbuh 3,57% YoY. Untuk laba bersih diperkirakan tumbuh 46,92% menjadi Rp 9,33 triliun.
William merekomendasikan hold INDF dengan target harga Rp 6.800 per saham. "Meskipun valuasi INDF tidak terlalu mahal, kami mengingatkan potensi siklus penurunan peringkat yang mungkin terjadi dengan risiko pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah pada 2024," kata dia.
Sementara Mirae Asset tetap merekomendasikan trading buy dengan target harga yang diturunkan menjadi Rp 7.100 per saham dari target sebelumnya Rp 8.300 per saham. Penurunan target ini karena belum adanya perbaikan yang signifikan dari dua divisi seperti agribisnis dan tepung.
"Kami juga percaya bahwa harga saham dari Indofood saat ini sudah undemanding karena terpengaruh sentimen depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News