kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kupon tinggi jadi pemanis obligasi


Jumat, 15 Desember 2017 / 08:27 WIB
Kupon tinggi jadi pemanis obligasi


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Federal Reserve memang kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Meski begitu, minat korporasi dalam negeri merilis obligasi berdenominasi dollar AS masih tinggi.

Director Head of Debt Capital Market Mandiri Sekuritas Yuniar Restanto menjelaskan, kondisi makroekonomi dalam negeri masih menjadi daya tarik. Sentimen dari kenaikan rating yang diberikan Standard & Poors masih terasa, kata dia, Kamis (14/12).

Minat pelaku pasar global terhadap obligasi dollar terbutan Indonesia juga masih besar. Maklumlah, penerbit obligasi global biasanya mematok kupon yang cukup tinggi dan menarik bagi investor asing.

Tengok saja penerbitan obligasi global PT Chandra Asri Petrochemical Tbk November lalu. Perusahaan kimia ini mematok kupon sebesar 4,95% untuk obligasi US$ 300 juta yang dicatatkan di bursa Singapura tersebut.

Sementara PT Indika Energy mematok kupon sebesar 5,875% untuk obligasi dollarnya. Perusahaan tambang ini menerbitkan obligasi dollar senilai US$ 575 juta.

Selisih antara kupon kedua obligasi dollar AS terbitan perusahaan Indonesia tersebut cukup jauh dengan yield US Treasury. Kemarin, yield US Treasury acuan tenor 10 tahun sebesar 2,37%.

Hal ini menjadi pemanis bagi obligasi global terbitan Indonesia, karena The Fed bakal kembali mengerek suku bunga di Maret atau Juni tahun depan.

Biaya lebih murah

Lantaran minat terhadap obligasi dollar AS terbitan dalam negeri masih cukup tinggi, maka tak heran bila sejumlah perusahaan mengantri menerbitkan surat utang valas ini. Salah satunya adalah PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.

Perusahaan pelat merah ini memang sedang mengkaji penerbitan obligasi global. Nilainya tak tanggung-tanggung, maksimal sebesar US$ 1 miliar. Rencananya, surat utang tersebut diluncurkan pada tahun depan. "Belum bisa kami pastikan kapan, tetapi kami butuh dananya di semester I-2018, kata Direktur Utama Pelindo III IGN Askhara Danadiputra, kemarin.

Perusahan BUMN ini beralasan, biaya penerbitan obligasi global lebih murah. Dalam hitungan Pelindo III, obligasi berdenominasi the greenback jauh lebih murah ketimbang menerbitkan obligasi global berdenominasi rupiah.

Apalagi pendapatan Pelindo III juga ada yang berbentuk dollar AS. Menurut Ari, sapaan akrab Askhara Danadiputra, sekitar 40% pendapatan Pelindo III merupakan pendapatan dalam denominasi dollar AS.

Hal ini juga akan memudahkan perusahaan memenuhi kewajiban pembayaran kuponnya. "Pendapatan kami dalam dollar AS setiap tahunnya sekitar US$ 250 juta, sedang kalau kami bayar obligasi US$ 1 miliar, sebut saja dengan kupon 4%, biayanya sekitar US$ 60 juta, urai Ari.

Jika sesuai rencana, dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk melunasi utang dan beberapa pengembangan proyek Pelindo III. Sekarang, perusahaan ini tengah menggarap pembangunan jembatan layang di beberapa pelabuhan senilai Rp 1,2 triliun, pengembangan lapangan penumpukan sebesar Rp 500 miliar dan pembangunan gedung kantor.

Asal tahu saja, pada 2014 Pelindo III menerbitkan obligasi sebesar US$ 500 juta dengan tenor 10 tahun. Kuponnya dipatok 4,875%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×