Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
Di samping itu, sepanjang November 2019 Batavia Prosperindo juga meluncurkan beberapa produk reksadana terproteksi di beberapa agen penjual. Upaya tersebut tentunya turun mendorong penambahan AUM di MI tersebut, meskipun secara umum produk reksadana yang dikelola BPAM cenderung mengalami kenaikan.
Adapun kontribusi AUM terbesar di BPAM saat ini berasal dari reksadana saham atau sekitar 30%. Selanjutnya ada reksadana obligasi dan pasar uang yang juga ikut mendorong pertumbuhan AUM MI tersebut sepanjang November 2019.
Menuju akhir tahun, Yulius menilai arah investasi akan semakin baik dan positif. Utamanya, kondisi tersebut didukung dengan prospek pertumbuhan ekonomi, baik dari global maupun domestik. Selain itu, tensi dari sentimen perang dagang ke depan diyakini akan semakin mereda.
Baca Juga: OJK masih memantau proses pengembalian dana Minna Padi
"Kami melihat prospek aset class saham semakin baik karena negara berkembang seperti Indonesia akan diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang semakin positif," ujarnya.
Ditambah lagi, tren penerapan tren suku bunga rendah yang banyak diterapkan bank sentral di dunia, serta program quatitative easing (QE) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan AUM di 2019 ke level Rp 48 triliun hingga Rp 49 triliun. Bahkan di tahun depan, sesuai dengan prospek reksadana saham yang lebih menarik karena valuasinya yang cenderung rendah bakal ikut menopang kinerja reksadana ke depan.
Optimisme tersebut juga dibantu oleh tren suku bunga rendah yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun depan, disertai dengan pertumbuhan belanja modal serta likuiditas yang tinggi di pasar global.
"Tahun depan, harapan kami AUM BPAM bisa tumbuh sekitar 15% dari capaian 2019," tandasnya.
Baca Juga: Reksadana terproteksi mendominasi penerbitan reksadana baru di di bulan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News