kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kuartal III, harga timah kemungkinan terus melorot


Senin, 15 Juni 2015 / 09:04 WIB
Kuartal III, harga timah kemungkinan terus melorot


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Melambatnnya pertumbuhan ekonomi global berimbas pada harga timah. Bahkan di kuartal ketiga tahun 2015, besar peluang harga timah bisa melorot hingga US$ 12.000. Mengacu data Bloomberg, Jumat (12/6), harga timah turun 1,01% menjadi US$ 14.750. Sepekan, harga timah ambruk hingga 3,59%.

Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menilai, di triwulan ketiga mendatang, harga timah bisa menyentuh angka US$ 12.000. Padahal, menurutnya, harga timah yang ideal berkisar US$ 21.500. “Harga di bawah US$ 20.000 sudah dianggap rugi. Di akhir kuartal kedua bisa jadi US$ 13.000,” ujarnya kepada KONTAN, Jumat (12/6).

Ia menjelaskan, estimasi tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang melempem. Lihat saja, Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3% menjadi 2,8%. Begitu pula dengan negara-negara maju seperti Jepang yang direvisi pertumbuhan ekonominya dari semula 1,2% menjadi 1,1% serta Amerika Serikat yang dipangkas dari 3,2% menjadi 2,7%. “Ekonomi global ini masih berlanjut perlambatannya hingga 2016,” tuturnya.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi global juga tercermin pada kondisi negara Tiongkok. Sebagai negara pengonsumsi komoditas terbesar di dunia, perekonomian yang melempem juga berpengaruh terhadap permintaan komoditas yang akhirnya berimbas pada penurunan harga, termasuk timah.

Memang Dana Moneter Internasional atawa International Monetary Fund (IMF) sudah memperbaiki ramalan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 7% menjadi 6,8%. Data perekonomian Negeri Tirai Bambu memang kurang menggairahkan. Misalnya data manufaktur Tiongkok (HSBC Final Manufacturing PMI) yang mencapai 49,2 per Mei 2015. Meskipun lebih baik dari bulan sebelumnya, angka tersebut masih di bawah ekspektasi para analis yang dipatok 50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×