Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga timah berhasil menguat. Tapi harganya berpotensi rawan koreksi, sebab belum ada sentimen positif yang bisa mengangkat harga lebih tinggi.
Mengutip Bloomberg, Rabu (27/5) pukul 11.38 WIB harga timah di London Metal Exchange naik 1,1% menjadi US$ 15.575 per ton. Selama sepekan, harga timah sudah ambruk 2,95%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, harga timah bangkit akibat dua sentimen positif. Pertama data keuntungan industri China per April 2015 yang naik 2,6% (year on year) menjadi sekitar CNY 479,5 juta.
Kedua data penjualan rumah baru (new home sales) AS per April 2015 tercatat 517.000. Angka ini lebih besar dari estimasi 501.000 rumah dan bulan sebelumnya 484.000 rumah. Maklum AS adalah salah satu konsumen terbesar timah.
Namun kenaikan ini hanya sesaat, harga timah masih rawan jatuh. Salah satu faktornya adalah spekulasi kenaikan suku bunga AS yang masih kuat menghantui harga timah
Sementara, membaiknya data penjualan rumah baru AS dapat memperkuat spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika (The Fed) dalam pertemuan Juni 2015 untuk membahas kenaikan bunga. "Kenaikan suku bunga AS di September pun akan dilaksanakan menyusul data AS yang mulai membaik," ujar Ibrahim, kemarin (27/5).
Dari Eropa, masalah utang Yunani masih belum jelas dan turut memperberat laju harga timah. "Ini berpengaruh sekali terhadap permintaan timah Eropa baik dari Indonesia dan Filipina," kata Ibrahim.
Kondisi ekonomi negara konsumen terbesar komoditas timah, yaitu China masih mengalami perlambatan. Langkah Tiongkok tahun ini yang sudah melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak lima kali, dinilai belum membuahkan hasil. "Pasar jadi apatis terhadap pertumbuhan ekonomi China," ujar Ibrahim.
Ia menilai, langkah pemerintah mengetatkan kegiatan ekspor timah lewat Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 33/2015 berlaku per 1 Agustus 2015 belum bisa menjadi sentimen positif bagi harga timah. Ini terbukti dengan tren harga timah selama seminggu.
Dari sisi teknikal, Ibrahim menilai, mayoritas indikator menunjukkan harga timah turun. Moving average dan bollinger band berada 10% di atas bollinger bawah. Stochastic 70% negatif. Sedangkan moving average convergence divergence (MACD) 60% positif. Sementara relative strength index (RSI) cenderung stagnan.
Ibrahim memperkirakan, harga timah Kamis (28/5) akan turun di kisaran US$ 15.380-US$ 15.590 per ton. Selama sepekan harga cenderung tertekan dan akan berada di US$ 14.900-US$ 15.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News