Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melambat sepanjang semester I-2014. Ini lantaran aturan loan to value (LTV) yang mengakibatkan kredit kepemilikan rumah (KPR) BBNI menyusut.
Analis Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja, dalam riset 14 Juli 2014, memperkirakan, kredit konsumen BBNI pada semester I-2014 naik 12,5% dibandingkan dengan periode sama tahun 2013 atau year on year (yoy), dari sebesar Rp 45,94 triliun menjadi Rp 51,68 triliun. Kredit perumahan ini mencakup 63% dari kredit konsumen ini.
Sebagai gambaran pada semester I-2013, total nilai kredit BBNI mencapai Rp 222,65 triliun. Pada kuartal I-2014, penyaluran kredit BBNI mencapai Rp 247,12 triliun atau naik 23,3% ketimbang periode sama tahun lalu yang senilai Rp 200,49 triliun.
Analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian mengatakan, likuiditas yang ketat membuat perbankan sulit meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu, persaingan mencari dana pihak ketiga pun cukup ketat. Apalagi, bunga simpanan terus melesat.
Akibatnya, margin pendapatan bunga bersih BBNI ikut mengkerut. Tjandra memprediksikan, net interest margin (NIM) tahun ini turun menjadi 5,8% dari 6,1% secara yoy.
Jika tahun sebelumnya, kredit bisa tumbuh 22%, tahun ini, proyeksi Syaiful, kredit perbankan hanya tumbuh 18%. Proyeksi Tjandra, kredit BBNI hanya tumbuh 15,9% pada 2014 didorong kredit korporasi dan internasional. "Sampai Maret 2014, kredit korporasi dan internasional menyumbang 47,6% dari total kredit BBNI," ujar dia.
Tjandra menambahkan, perlambatan ini juga diikuti peningkatan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). Pada kuartal I-2014, NPL BBNI mencapai 2,3%. Tjandra memperkirakan, NPL BNI akan naik menjadi 2,4% pada semester I-2014.
Tapi, NPL BNI akan kembali menurun menjadi 2,3% di akhir tahun ini. Sebagian besar NPL berasal dari pinjaman dengan nilai kurang dari Rp 10 miliar untuk perorangan dan Rp 15 miliar untuk sekelompok debitur. "Bank ini akan mengurangi pemberian kredit komersial," ujar dia.
Karena itu, Tjandra yakin, NPL BBNI akan menurun menjadi 2,1% pada 2015. Sementara itu, Syaiful memprediksikan, NPL BBNI akan tetap di 2,3% hingga akhir 2014.
Tjandra yakin, loan to deposit ratio (LDR) BBNI tetap berada di level 86% tahun ini dan di 88% pada 2015. Syaiful menduga, tahun ini LDR bank ini akan mencapai 87%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan LDR rata-rata perbankan yang mencapai 92%.
Riset Harsh Wardhan Modi, Analis JP Morgan, yang terbit 10 Juli 2014, menyatakan, pendapatan bunga bersih BBNI tahun ini akan mencapai Rp 22,54 triliun, tumbuh 18,26% dari tahun lalu, sebesar Rp 19,06 triliun. Laba bersihnya akan mencapai Rp 9,55 triliun, tumbuh 5,52% dari tahun lalu Rp 9,05 triliun.
Prediksi Tjandra, pendapatan bunga bersih BBNI tahun ini mencapai Rp 22,12 triliun dan laba bersih Rp 9,28 triliun. Proyeksi Syaiful, pendapatan bunga bersih BBNI akan tumbuh 17,5% menjadi Rp 22,4 triliun dengan laba bersih naik 10,5% menjadi Rp 10 triliun.
Tjandra merekomendasikan netral dengan target harga Rp 5.200. Harsh melabeli underweight dengan target harga Rp 4.400 dan Syaiful merekomendasikan buy dengan target Rp 5.600 per saham. Selasa (15/7), harga saham BBNI naik 1% ke Rp 5.075 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News