kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kondisi tidak pasti, Kino Indonesia (KINO) berpotensi mengubah target penjualan lagi


Selasa, 29 September 2020 / 19:56 WIB
Kondisi tidak pasti, Kino Indonesia (KINO) berpotensi mengubah target penjualan lagi
ILUSTRASI. Seluruh sektor, termasuk Kino Indonesia (KINO) terdampak dengan adanya langkah pengetatan PSBB.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta diperpanjang hingga 11 Oktober 2020. Hal itu disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Kamis (24/9). Asal tahu saja, pengetatan PSBB ini telah diterapkan sejak 14 September 2020. 

Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono menjelaskan, pengetatan PSBB berdampak terhadap mobilitas masyarakat yang akhirnya mempengaruhi penurunan daya beli. Menurutnya, seluruh sektor, termasuk KINO terdampak dengan adanya langkah pengetatan ini.

Walau pengetatan PSBB berpotensi menekan kinerja KINO, Budi melihat pengaruh yang ditimbulkan tidak akan sedalam saat PSBB di kuartal II 2020. Menurut Budi, masyarakat telah lebih terbiasa hidup bersama Covid-19 saat ini. 

Kendati tidak akan berpengaruh drastis, Budi melihat pengetatan PSBB tetap akan memperberat kinerja KINO hingga akhir tahun. Apalagi, kegiatan ekonomi belum mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. "Akan sangat sulit bagi kami untuk dapat mencatatkan pertumbuhan penjualan," jelas Budi kepada Kontan.co.id, Selasa (29/9). 

Baca Juga: Penambahan kapasitas produksi menambah daya tarik saham Kino Indonesia (KINO)

Oleh karena itu, pihak KINO tengah mempertimbangkan kembali target dari top line maupun bottom line hingga akhir tahun 2020. Akan tetapi, di tengah kondisi yang masih belum pasti seperti saat ini, Budi bilang belum bisa memberikan panduan untuk angka pastinya. 

KINO sebelumnya mengatakan akan merevisi pertumbuhan penjualannya menjadi satu digit. Padahal di kuartal I 2020 KINO masih optimistis bisa mencapai kenaikan penjualan hingga 15% sepanjang tahun ini. Adapun pada saat itu bottom line KINO diharapkan bisa mencapai 30%. 

Budi menambahkan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak terkait kondisi makro maupun faktor eksternal lain yang saat ini mempengaruhi bisnis KINO. Oleh karenanya, KINO fokus untuk melakukan pembenahan dari internal perusahaan selai, tetap fokus pada segmen penjualan yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya saja, fokus pada segmen personal care khususnya di bagian hygiene dan segmen lain yang memiliki fungsi untuk kesehatan konsumen (health).  

Baca Juga: Corona membuat industri makanan dan minuman berhati-hati dalam ekspansi

Sekadar informasi, sepanjag semester I 2020, segmen perawatan tubuh masih mampu bertumbuh hingga 1,83% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1,11 triliun. Segmen minuman juga naik 1,71% menjadi Rp 846,78 miliar. Begitu pula dengan segmen makanan yang bertumbuh 3,31% menjadi Rp 186,28 miliar. Kenaikan paling signifikan dicatatkan oleh segmen makanan hewan menjadi Rp 9,03 miliar dari sebelumnya Rp 7,72 miliar atau naik 16,97%.

Hanya segmen farmasi yang menurun menjadi Rp 45,4 miliar dari sebelumnya Rp 112,22 miliar, atau melemah 59,45% yoy. Adapun penurunan ini disebabkan pasar Filipina yang mengalami lockdown. 

Baca Juga: Ketidakpastian berakhirnya pandemi, kinerja KINO diproyeksikan tumbuh konservatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×