kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.386   33,00   0,20%
  • IDX 7.006   -102,11   -1,44%
  • KOMPAS100 1.018   -18,33   -1,77%
  • LQ45 780   -12,46   -1,57%
  • ISSI 228   -3,18   -1,37%
  • IDX30 405   -7,19   -1,75%
  • IDXHIDIV20 475   -8,12   -1,68%
  • IDX80 114   -1,91   -1,65%
  • IDXV30 117   -2,10   -1,77%
  • IDXQ30 131   -1,93   -1,46%

Kondisi Geopolitik Kian Tegang, Pertumbuhan SBN Berpotensi Tertekan


Kamis, 19 Juni 2025 / 04:50 WIB
Kondisi Geopolitik Kian Tegang, Pertumbuhan SBN Berpotensi Tertekan
ILUSTRASI. Suasana dealing room transaksi Surat Berharga Negara (SBN) di Bank Negara Indonesia (BNI), Jakarta. Tensi ketegangan geopolitik kian meningkat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninggalkan KTT G7 lebih awal karena konflik Israel dan Iran. Situasi ini memberi tekanan kepada negara emerging market seperti Indonesia. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/21/01/2025


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tensi ketegangan geopolitik kian meningkat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meninggalkan KTT G7 lebih awal karena konflik Israel dan Iran. Situasi ini memberi tekanan kepada negara emerging market seperti Indonesia.

Seiring pernyataan dukungan penuh G7 terhadap Israel, Trump menyerukan agar warga sipil segera mengungsi dari Teheran. Aksi Trump ini memberikan sinyal adanya potensi eskalasi militer lebih lanjut. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Karinska Salsabila Priyatno menyebut ketegangan saat ini meningkatkan risiko geopolitik global. Alhasil, investor pun mulai kembali berburu aset-aset safe haven

“Mendorong aksi ‘flight to safety’, investor pindah ke aset aman seperti emas dan obligasi AS,” sebutnya dalam riset 18 Juni 2025.

Baca Juga: Meski Permintaan Melambat, SBN Ritel Masih Berpeluang Cetak ATH Tahun Ini

Situasi itu, bakal otomatis membuat aset-aset negara berkembang seperti Indonesia tertekan.  Salah satunya pasar Surat Berharga Negara (SBN). Lelang SBN 17 Juni menunjukkan kecenderungan investor pada tenor menengah. FR0104 yang jatuh tempo 5 tahun dan FR0103 yang jatuh tempo 10 tahun menjadi yang paling diburu dengan jumlah penawaran masing-masing mencapai Rp 20,23 triliun dan Rp 32,07 triliun.

Sementara penawaran untuk tenor panjang FR0102 dan FR0105 menurun dari lelang 3 Juni sebelumnya, dengan FR0102 turun menjadi Rp 1,36 triliun dari Rp 2,2 triliun dan FR0105 turun menjadi Rp 1,57 triliun dari Rp 2,00 triliun. 

Karinska menilai sepi peminat di SBN tenor panjang terjadi lantaran investor masih mempertahankan sikap hati-hati terhadap risiko jangka panjang dan potensi lonjakan yield

Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas sepakat bahwa kondisi geopolitik saat ini turut menjadi tantangan bagi aset-aset domestik. Pun, ia bilang peralihan ke aset save haven seperti emas akan mendampak pada pertumbuhan ekonomi.

“Aset emas termasuk dalam bentuk perhiasan cenderung sulit dihitung nilainya. Jadi leverage-nya juga mungkin akan terbatas,” katanya kepada Kontan, Rabu (18/6). 

Baca Juga: Risiko Investasi (CDS) Indonesia Naik, SBN Diyakini Tetap Diburu

Pertumbuhan yang terbatas pada ekonomi negara bisa turut menambah sentimen negatif pada aset-aset domestik.

Di samping itu, risiko aset domestik sudah terlihat dari skor Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia yang kembali meningkat ke level 78,18 bp per Rabu (18/6). Dalam sepekan, skor sudah naik 6,81%.

Karinska menilai, ke depannya tekanan terhadap aset-aset domestik bisa semakin besar jika konflik meluas atau infraktruktur minyak diserang. 

Selanjutnya: PLN Kantongi Laba Rp 17,76 Triliun pada Tahun 2024

Menarik Dibaca: Ini Jadwal KRL Solo-Jogja pada Kamis 19 Juni 2025 Tujuan Akhir ke Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×