kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.478.000   -4.000   -0,27%
  • USD/IDR 15.685   -195,00   -1,26%
  • IDX 7.504   8,04   0,11%
  • KOMPAS100 1.166   4,61   0,40%
  • LQ45 927   -2,36   -0,25%
  • ISSI 227   1,87   0,83%
  • IDX30 478   -1,88   -0,39%
  • IDXHIDIV20 574   -2,08   -0,36%
  • IDX80 133   0,26   0,20%
  • IDXV30 142   0,64   0,46%
  • IDXQ30 160   -0,33   -0,20%

Komoditas energi kompak terkoreksi di kuartal III


Kamis, 03 Oktober 2019 / 15:52 WIB
Komoditas energi kompak terkoreksi di kuartal III
ILUSTRASI. Kapal tunda menarik tongkang bermuatan batubara


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi global seiring adanya perang dagang menjadi sentimen besar untuk semua komoditas. 

“Sebagian besar berdampak negatif untuk komoditas,” ujar Wahyu.

Wahyu menjelaskan, harga gas alam cenderung lebih labil. Menurutnya, harga gas alam bisa naik dan turun secara drastis kapanpun tergantung permintaan. Hal ini biasanya dikarenakan faktor musim yang turut mempengaruhi. 

“Biasanya menjelang musim dingin, permintaan gas alam bisa meningkat,” ujar Wahyu.

Oleh karena itu, Wahyu menilai meskipun di kuartal III-2019 harga gas alam anjlok, di kuartal IV bisa bangkit. Hal ini dikarenakan kuartal IV-2019 sudah memasuki musim dingin maka permintaan terhadap gas alam ini bisa meningkat. 
“Lonjakan harga bisa terjadi seiring permintaan besar tersebut sehingga bukan mustahil pola akhir tahun kemarin berulang berada di area US$ 2 per mmbtu- US$ 4 per mbbtu,” jelas Wahyu.

Selain karena musim, permintaan juga memang terjadi dikarenakan beberapa negara saat ini telah menggunakan gas alam sebagai sumber energinya. Wahyu bilang hal ini dikarenakan gas alam merupakan energi yang ramah lingkungan. 

Baca Juga: Saham emiten tambang rontok pasca RUU Minerba ditunda, ini rekomendasi analis

Ia bilang saat ini China sudah mulai mengganti penggunaan batubara dengan gas alam. Menyusul, Arab Saudi juga dinilai sedang berencana untuk mengganti penggunaan minyak menjadi gas alam. “Beberapa negara mulai bermain lebih besar di gas alam,” ujar Wahyu.

Wahyu mengatakan, untuk batubara, secara fundamental selama kuartal III-2019 masih lemah. Ia menilai sentimen positif hanya datang dari kondisi perang dagang yang sempat mereda dan serangan terhadap kilang minyak Aramco. “Pada saat itu harga batubara sempat rebound,” ujar Wahyu.

Sedangkan fundamental lain yang membuat batubara semakin tertekan ialah permintaan terhadap batubara yang juga ikut menurun seiring persediaannya bertambah. 

Ia bilang pada Agustus, India sempat mengurangi impor batubaranya dikarenakan berencana untuk menggantinya dengan energi terbarukan. Hal inilah yang menjadikan tekanan terhadap batubara tak terbendung.

Selain itu, Wahyu juga bilang bahwa persaingan ketat terjadi pada komoditas energi. Ia bilang saat ini ada energi terbarukan yang dinilai lebih bersih. Energi tersebut antara lain angin, matahari, dan gas alam yang juga murah.

Oleh karena itu, Wahyu menilai hingga akhir tahun harga batubara masih akan berada di kisaran US$ 50 - US$ 70 per metrik ton sebagai area konsolidasi. Namun Wahyu juga mengatakan bahwa harganya bisa mendekati US$ 80 per metrik ton tetapi rentan terhadap koreksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×