Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor berbondong-bondong kabur dari instrumen investasi. Di pasar saham, misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,47% posisi 5.967,99 pada Rabu (9/4).
Sepanjang tahun berjalan ini, IHSG sudah melemah 15,71%. Penurunan ini juga sejalan dengan kaburnya dana investor asing di pasar saham Tanah Air dengan net sell Rp 34,89 triliun.
Investor juga mulai keluar dari pasar kripto. Ini tercermin dari pergerakan harga Bitcoin yang terkoreksi. Berdasarkan data Bloomberg, Bitcoin ditutup di level US$ 83.173,76 pada Rabu (9/4). Bahkan, bitcoin sempat berada di level US$ 77.052,89 pada Selasa (8/4).
Sementara itu, harga emas spot pasca terlihat kembali ke atas US$ 3.000 per ons troi dan ditutup di level US$ 3.082,70 pada Rabu (9/4). Tapi dalam sepekan, harga emas turun 1,6% dalam sepekan.
Pengamat Pasar Modal Hans Kwee mengatakan, umum seorang investor memiliki beberapa aset. Misalnya, ketika investor terpaksa cut loss maka investor akan menjual aset lain untuk menutupinya.
Baca Juga: IHSG Diperkirakan Masih Tertekan, Simak Rekomendasi Saham Berikut untuk Kamis (10/4)
Memang pada saat Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pasar saham tertekan dan investor mulai menyerbu emas. Jadi tak heran harga emas sempat meningkat tajam.
"Sehingga ada potensi emas atau kontrak-kontrak emas dilepas, makanya saat ini harga emas sedang tertekan ke bawah," jelas Hans saat dihubungi Kontan, Rabu (9/4).
Dia mencermati, dalam kondisi ketidakpastian yang semakin bergejolak dan muncul potensi resesi seseorang akan cenderung memang cash dengan cara menjual aset yang ada.
Salah satu caranya menjual emas yang ada sehingga bisa memegang cash yang lebih banyak. Hans bilang ketika pasar saham mencapai titik rendahnya, uang tersebut bisa dipakai untuk membeli saham murah.
"Saat ini cash ada di Yen Jepang dan Franc Swiss, sebab ada indikasi orang sudah tidak percaya terhadap dolar AS sehingga indeks dolar AS melemah," ucapnya.
VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan pasca pengumuman tarif Trump, saat ini investor masih memasang posisi wait and see dan mencari aset safe haven.
"Saat ini memang akan terjadi kenaikan permintaan atau perpindahan pada safe haven sehingga investor dapat melakukan diversifikasi aset," jelas dia.
Audi mengingatkan investor harus tetap fokus pada strategi jangka panjang. Investor bisa wait and see sampai laporan kinerja emiten kuartal I-2025 dirilis.
Baca Juga: Wall Street: Dow, S&P 500, Nasdaq Rebound Usai Trump Umumkan Jeda Tarif 90 Hari
Menurutnya, jika hasil kinerja para emiten masih cukup resilien, khususnya blue chip, investor dapat melakukan akumulasi dengan harga yang saat ini sudah terdiskon.
"Lakukan diversifikasi aset ke free risk, seperti obligasi pemerintah dan emas. Kalau sudah ada posisi di saham khususnya big caps, investor dapat hold dengan memastikan momentum averaging down," tuturnya.
Kalau pun masih mau investasi saham, Audi menyarankan investor menghindari emiten dengan utang dolar AS di atas 50% dari total utang, terlebih emiten dengan DER di atas satu kali.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menambahkan, jika ingin berinvestasi saham investor bisa memilih emiten yang memberikan dividen besar dalam waktu dekat.
"Gunakan uang yang tidak terpakai minimal satu sampai dua tahun ke depan, sebab saat indeks menjauh dari 6.000, harga saham sudah relatif murah," ujarnya.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menyarankan untuk sementara waktu, sebaiknya jangan investasi ke produk yang terlalu spekulatif dan berisiko tinggi.
Baca Juga: Trump Tangguhkan Tarif selama 90 Hari karena Banyak yang Gelisah dan Takut
"Simpan di cash dan maksimal di emas, walaupun sekarang harga emas sudah turun tetapi pasti investor akan mencari emas sebagai safe havens," jelas dia.
Eko bilang sebaiknya investor fokus di aset yang likud. Bagi investor yang konservatif dia menyarankan untuk mengalokasikan 60% dana dalam bentuk cash atau deposito dan 40% di emas.
Untuk investor moderat bisa 50%-50% posisi di cash atau deposito dan emas. Sementara itu, investor yang agresif bisa mengalokasikan 40% cash, 40% emas dan sisanya ke saham blue chip.
Founder Finansialku Melvin Mumpuni menambahkan, saat kondisi yang belum jelas saat ini, investor bisa fokus menempatkan dana di kas dan setara kas.
Dia menyarankan, 20%–30% dana investasi bisa ditempatkan di cash dan reksadana pasar uang. Kemudian 40% di obligasi dan sisanya bisa dialokasikan ke aset yang berisiko seperti saham blue chip atau bitcoin.
Selanjutnya: Tanpa Blokir Nomor, Ini 4 Cara agar Tidak Menerima Pesan WhatsApp dari Orang Lain
Menarik Dibaca: Jadwal KRL Solo-Jogja Kamis 10 April 2025, Catat Waktunya di Sini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News