Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) optimis tahun 2016 masih bisa mencatat pertumbuhan. Perseroan menargetkan pendapatan tahun depan tumbuh 10% secara tahunan.
Direktur Keuangan KLBF, Vidjongtius mengatakan, perseroan masih bisa mengejar pertumbuhan tahun depan meskipun rupiah masih akan tertekan dengan menaikkan harga jual beberapa produk secara selektif.
"Kita asumsikan rupiah dikisaran Rp 14.000 -Rp 15.000. Tapi kita akan naikkan harga secara selekti dan kalau ada barang naik paling sekitar 3%-5%," katanya, Kamis (12/11).
Sementara kinerja tahun 2015 diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan kinerja kuartal III dimana laba bersih hanya tumbuh 0,8% menjadi Rp 1,49 triliun. Penjualan tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 2%-3% dan margin laba operasioanal sekitar Rp 14%-15%.
Kinerja perseroan tahun ini tertekan karena tekanan rupiah. Maklum, sebagian besar bahan baku perseroan merupakan produk impor. Sementara tahun ini perseroan telah menaikkan harga jual produk 3%-4% lantaran pelemahan rupiah. Padahal, sejak awal tahun KLBF hanya mengasumsikan nilai tukar rupiah di level Rp 13.500.
Tahun depan, KLBF juga akan terus melakukan ekspansi tahun depan. Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sekitar Rp 1 triliun -Rp 1,2 triliun di tahun 2016. Untuk mendanai capex tersebut, perseroan akan mengandalkan kas internal.
mengatakan, sebagian besar capex tahun depan akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan pabrik biosimilar di Cikarang, Bekasi. "Porsinya sekitar 50% akan digunakan untuk bangun pabrik itu," katanya.
Pabrik Biosimilar merupakan pabrik berbasis bioteknologi dan akan dibangun di atas lahan seluas 1 hektare (ha) dengan investasi Rp 300 miliar -Rp 400 miliar.
Pembangunannya sudah dimulai tahun ini dan ditargetkan rampung tahun 2017 dan beroperasi secara pada tahun 2018. Hanya saja, Vidjongtius belum bisa memperkirakan kapasitas produksi pabrik tersebut.
Pabrik tersebut akan dibangun di bawah PT Kalbe-Genexine Biologist yakni perusahana patungan antara perseroan dan perusahaan asal Korea Genexine Inc.
Sementara 25% capex akan dialokasikan untuk pengembangan kapasitas produksi obat bebas (over the counter/OTC) dan 25% sisanya akan dialokasikan untuk pengembangan jaringan distribusi.
Untuk mengembangkan jaringan distribusi, KLBF berencana membuka satu atau dua kantor cabang di wilayah timur Indonesia. "Kami tertarik kesana daerahnya luas dan produknya masih terbatas. Sementara kantor cabang kita di sana baru satu yakni di Jayapura," kata Vidjongtius.
Tahun ini, KLBF telah menambah satu kantor cabang baru di Sibolga sumatra Utara. Sehingga total kantor cabang perseroan tahun ini tercatat sebanyak 72 kantor yang tersebar di 54 kota di Indonesia.
Sementara tahun ini, KLBF menganggarkan capex Rp 1 triliun. Hingga September, perseroan telah berhasil menyerap belanja modal sebesar Rp 700 miliar. Vidjongtius optimis sampai akhir tahun anggaran capex akan terserap seluruhnya.
Adapun serapan capex selama sembilan bulan pertama tahun ini digunakan untuk pengembangan divisi farmasi sekitar 25%, pengembangan divisi nutrisi melalui pembangunan pabrik di Cikampek sekitar 25% dan 25% untuk pengembangan jaringan distribusi dengan penambahan satu kantor cabang di Sibolga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News