kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja Vale Indonesia (INCO) anjlok secara tahunan, membaik secara kuartalan


Jumat, 25 Oktober 2019 / 05:14 WIB
Kinerja Vale Indonesia (INCO) anjlok secara tahunan, membaik secara kuartalan
ILUSTRASI. Sejumlah articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019). PT. Vale membuka lahan baru di kawasan itu seluas 350 hektare untuk meningkatkan j


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun terimbas dari penurunan kinerja operasional. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, produksi nikel dalam matte INCO tercatat 50.531 metrik ton, turun 6,8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, 54.227 metrik ton.

Pada saat yang bersamaan, volume penjualannya tercatat 50.831 metrik ton. Angka ini turun dengan besaran yang sama seperti volume produksi, sebesar 6,8% dari sebelumnya 54.569 metrik ton.

Namun, rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) juga turun. Berdasarkan laporan Vale, Kamis (24/10), penurunan harga jual rata-rata sebesar 6,4% menjadi US$ 9.963 per ton.

Baca Juga: Berpeluang rebound, penurunan harga nikel lebih faktor teknikal

Imbasnya, pendapatan INCO selama periode tersebut turun 12,6% menjadi US$ 506,46 juta. Di tengah penurunan ini, INCO mencatat kenaikan beban pokok 0,4% menjadi US$ 485,44 juta.

Meski hanya naik tipis, kenaikan tersebut sudah cukup membuat laba kotor INCO menyusut 78% menjadi US$ 21,02 juta dari sebelumnya US$ 96,54 juta.

Beban usaha dan beban lain-lain INCO sejatinya kompak menurun. Namun, pos pendapatan lain-lain perusahaan ini juga turun 90% menjadi hanya US$ 361.000. Alhasil, laba usaha INCO anjlok 98% menjadi hanya US$ 862.000.

Penurunan tersebut turut mempengaruhi laba bersih INCO. Hingga akhir September kemarin, laba bersih perusahaan hanya US$ 160.000, anjlok 99% dari sebelumnya US$ 55,21 juta.

Baca Juga: Usai divestasi, simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) dari analis berikut

Secara kuartalan membaik

Meski begitu, kinerja INCO kembali membaik jika dilihat secara kuartalan. Bukan hanya operasional, tapi juga dari sisi keuangan.

Volume produksi kuartal III-2019 tercatat sebesar 19.820 metrik ton. Produksi ini meningkat 12% dibanding kuartal II-2019 sebesar 17.631 metrik ton.

Seiring dengan kenaikan tersebut, INCO juga berhasil menjual nikel dengan volume yang lebih besar. Kenaikan volume penjualannya sebesar 18% menjadi 19.998 metrik ton.

Kenaikan harga nikel dunia beberapa waktu lalu turut membuat kinerja keuangan INCO semakin moncer. "Kami diuntungkan oleh kenaikan harga nikel," ujar CEO & Presiden Direktur INCO Nico Canter, Kamis (24/10).

Baca Juga: Ini Kata Pengamat dan Analis Soal Divestasi Saham INCO

Harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) nikel INCO naik 9% secara kuartalan menjadi US$ 10.712 per ton pada kuartal III-2019. Alhasil, INCO berhasil membukukan pendapatan US$ 214,2 juta. Angka ini naik 29% dari sebelumnya US$ 165,82 juta.

Operasional INCO juga lebih efisien selama periode tersebut. Beban pokoknya hanya naik 3% menjadi US$ 170,42 juta. Ini karena harga bahan bakar yang digunakan turun meski volume penggunaannya meningkat.

Alhasil, laba kotor INCO melompat 86% menjadi US$ 43,79 juta pada periode Juli-September. Kenaikan ini membuat INCO mencatat laba bersih US$ 26,34 juta dari sebelumnya rugi US$ 6,02 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×