kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,87   5,12   0.57%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja solid, begini rekomendasi saham Aneka Tambang (ANTM)


Senin, 02 November 2020 / 11:12 WIB
Kinerja solid, begini rekomendasi saham Aneka Tambang (ANTM)
ILUSTRASI. Emas Antam.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah terjangan pandemi Covid-19, emiten pertambangan milik negara yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih mencetak kenaikan kinerja keuangan.

Mengutip laporan keuangan, hingga sembilan bulan pertama 2020 ANTM membukukan laba bersih senilai Rp 835,78 miliar, naik 30,28% secara tahunan. Secara kuartalan, laba bersih emiten penjaja logam mulia ini naik hingga 105% dibanding kuartal sebelumnya. Pada kuartal ketiga 2020, ANTM  mencatat laba bersih senilai Rp 750,95 miliar.

Dari sisi penjualan, ANTM membukukan pendapatan senilai Rp 18,03 triliun, turun 26% secara tahunan. Hanya saja, secara kuartalan, penjualan Aneka Tambang melesat hingga  119% dari Rp 4,02 triliun di kuartal kedua 2020 menjadi Rp 8,81 triliun di kuartal ketiga kemarin.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menilai, hasil kinerja ANTM di kuartal ketiga berada di atas ekspektasi seiring dengan volume penjualan emas yang kuat dan biaya operasional yang lebih rendah dari perkiraan.

Baca Juga: Harga saham Antam (ANTM) & Vale (INCO) naik double digit, masih ada potensi upside

Stefanus menilai, laba bersih Aneka Tambang yang melonjak 104,8% secara kuartalan didukung oleh dua faktor utama. Pertama, volume penjualan bijih nikel yang kuat di pasar domestik pada kuartal ketiga 2020 serta kenaikan harga nikel pada kuartal kemarin. 

Kedua, pemulihan volume penjualan emas sebesar 147,2% secara kuartalan menyusul pelonggaran pembatasan jarak sosial dan dibukanya kembali butik emas di kuartal kemarin.

Sebagai gambaran, sepanjang sembilan bulan pertama 2020, komoditas emas menjadi kontributor utama dimana sebanyak Rp 12,98 triliun atau 72% dari penjualan ANTM disumbang oleh komoditas emas.

Meski demikian, ANTM melaporkan penurunan pendapatan 26,5%  secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 18 triliun yang disebabkan oleh sejumlah faktor di antaranya dampak dari larangan ekspor bijih nikel Indonesia pada awal tahun 2020 yang mengakibatkan penurunan signifikan dalam volume penjualan bijih nikel serta pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan volume penjualan emas hingga 44,3% yoy.

Meskipun demikian, sepanjang sembilan bulan pertama 2020, ANTM masih berhasil membukukan kenaikan laba bersih 30,3% yoy lebih tinggi dari Rp 836 miliar berkat  biaya produksi yang lebih rendah dengan penurunan biaya tunai feronikel sebesar 10,5% yoy menjadi US$ 3,34 per barel yang didorong oleh penurunan harga minyak mentah.

Selain itu,  laba bersih juga naik akibat biaya penjualan  turun  66,1% yoy dan adanya penurunan tarif pajak menjadi 25% pada kuartal ketiga dari 35% pada periode yang sama tahun lalu. “Hasilnya. berada di atas ekspektasi dan perkiraan konsensus kami,” terang Stefanus dalam riset, Senin (11/2).

BRI Danareksa Sekuritas meyakini target volume penjualan emas yang dipasang ANTM yakni sebesar 18.000 kg- 19.000 kg untuk tahun ini dapat terlampaui karena volume penjualan emas hingga September 2020 telah mencapai 83% dari perkiraan yang dipasang oleh Danareksa sebelumnya, yakni 18.000 kg.

Adapun target baru yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas untuk penjualan emas ANTM yakni sebanyak 21.000 kg.  Hingga September 2020, penjualan emas ANTM mencapai 14.882 kg atau 478.467 oz.

Baca Juga: Di tengah pandemi, laba bersih ANTM naik 30%, INCO melesat 48.000%

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga yang lebih tinggi sebesar Rp 1.300. 

Hal ini karena adanya penyempurnaan estimasi pendapatan dengan memasukkan asumsi harga nikel yang lebih tinggi sebesar US$ 16.000 per ton untuk tahun 2021 dan US$ 17.000 per ton untuk tahun 2022 sekaligus mengurangi perkiraan biaya yang ditanggung ANTM.

Hanya saja, terdapat sejumlah risiko yang dikandung oleh saham emiten pelat merah ini diantaranya permintaan nikel global yang lemah yang akan berdampak pada harga nikel dan pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Selanjutnya: Saham ANTM dan MDKA Kinclong Terpoles Harga Emas, Begini Saran Analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×