Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan harga karet turut mendongkrak kinerja PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) sepanjang tahun lalu. Anak usaha Grup Indofood ini mencetak pertumbuhan penjualan 5% year-on-year (yoy) menjadi Rp 14,53 triliun.
Pengaruh El Nino yang terjadi pada 2015 memang mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS) inti dan CPO pada 2016. Alhasil, produksi TBS inti SIMP turun 13% (yoy) menjadi 2,98 juta ton. Sementara produksi CPO menyusut 17% (yoy) menjadi 833.000 ton.
Untungnya, harga rata-rata sawit dan gula meningkat, sehingga penurunan volume penjualan dapat diimbangi. Alhasil, SIMP masih bisa mencetak laba bruto sebesar 11% (yoy) menjadi Rp 3,45 triliun, dengan margin laba bruto 24%. Adapun laba bersihnya melesat 104% (yoy) menjadi Rp 538 miliar.
Analis Ciptadana Securities Edward Lowis mengatakan, lonjakan laba bersih SIMP lebih banyak disebabkan oleh adanya kenaikan laba usaha dan laba selisih kurs. "Pada tahun 2015, SIMP mengalami rugi selisih kurs, sementara di tahun 2016 mengalami perbaikan," ujar dia kepada KONTAN, Senin (6/3).
Sharlita Malik, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, menyebutkan, pendapatan SIMP juga didorong oleh kontribusi dari divisi minyak dan lemak nabati (EOF) yang menyumbang sebesar 69% dari total pendapatan.
Margin profitabilitas SIMP secara keseluruhan juga meningkat. Operating margin naik 13,7% dibandingkan 11,8% pada tahun 2015. Sementara itu net margin emiten ini juga meningkat menjadi 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya 2,6%. Pencapaian laba bersih SIMP berada di atas estimasi Samuel Sekuritas dan konsensus analis.
Pada tahun ini, Edward memperkirakan SIMP masih bisa menjaga ongkos produksinya, didorong harga CPO yang cenderung stabil. Ia memperkirakan kisaran harga CPO tahun ini di level US$ 700 per metrik ton. Dengan harga yang stabil, Edward memprediksi pendapatan SIMP pada tahun ini bisa naik 7% dibandingkan tahun lalu.
Namun, pada tahun ini SIMP diperkirakan tak banyak lagi mendapatkan dorongan dari laba selisih kurs. Sehingga, margin laba bersih SIMP diperkirakan tumbuh 3,4%.
Sharlita mengatakan, kontribusi pendapatan perkebunan meningkat. Ia menilai dalam jangka panjang prospek SIMP masih positif, seiring peningkatan produksi CPO.
Saat ini, SIMP memang dalam tahap pembangunan tiga pabrik kelapa sawit (PKS). Dua di antaranya akan selesai pada tahun ini dan satu lagi pada 2018 mendatang. Karena itu, Sharlita melihat pertumbuhan produksi SIMP dalam beberapa tahun ke depan akan mencapai 8% per tahun.
"Sehingga kami mengasumsikan kontribusi perkebunan terhadap total pendapatan bisa mencapai 40%," ujar Sharlita dalam riset 2 Maret 2017.
Dia masih merekomendasikan buy saham SIMP dengan target harga Rp 600 per saham. Sementara Edward merekomendasikan hold dengan target harga Rp 520 per saham, mencerminkan PER 2017 15,5 kali. Sedang Analis JP Morgan Simone Yeoh memberi rekomendasi underweight dengan target harga Rp 450 per saham. Harga saham SIMP kemarin bertengger di Rp 550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News