Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham emiten farmasi masih mengecewakan. Sejak awal tahun, mayoritas harga saham di sektor ini masih mencatatkan penurunan.
Dari sembilan emiten farmasi, delapan emiten masih mencatatkan penurunan harga. Hingga Senin (24/10), penurunan terbesar dicatatkan oleh PT Indofarma Tbk (INAF) sebesar 56,95%.
Disusul PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar 51,03%, PT Phapros Tbk (PEHA) 24,89%, dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) 17,92%. Hanya PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang berhasil menjaga kinerja sahamnya dengan pertumbuhan 23,53%.
Analis Henan Putihrai Ezaridho Ibnutama mengatakan bahwa penurunan harga saham para emiten farmasi seiring dengan penurunan kinerja keuangan perseroan.
Baca Juga: Naik signifikan, analis menilai KAEF, INAF, dan PEHA sudah overvalued
Sebagai contoh, INAF mencatatkan penurunan pendapatan 32,41% menjadi Rp 574,05 miliar di semester II 2022, dan bottom line berbalik mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 90,71 miliar dari sebelumnya laba bersih Rp 985,57 miliar.
Senada, KAEF juga mencatatkan penurunan pendapatan 20,36% menjadi Rp 4,42 triliun dan bottom line mencetak rugi bersih Rp 205,12 miliar dari sebelumnya laba bersih Rp 57,6 miliar.
"Kinerja keuangan dan operasional yang lesu harus dilihat sebagai sementara yang disebabkan oleh basis yang tinggi dari pandemi Covid tahun lalu dan oleh bencana global, seperti gangguan rantai pasokan global dan inflasi global," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/10).
Ezaridho menilai, prospek emiten farmasi tahun depan akan lebih baik. Sebab, mereka telah beradaptasi untuk mengelola krisis global saat ini dengan menaikkan harga produk tertentu dan membangun infrastruktur guna mengamankan pasokan bahan baku medis.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 tiba, saham INAF dan KAEF nyaris mentok auto rejection atas
Dicontohkannya, KLBF yang telah meningkatkan harga produk sebesar 3%-5% dan juga telah berinvestasi dalam membangun pusat perdagangan China untuk mengamankan bahan baku medisnya. Kemudian KAEF mengurangi impor bahan baku medis Indonesia menjadi 50% dari 90%-95% saat ini.
"Dengan 12 bahan baku medis yang sudah diproduksi oleh mereka seperti povidone Iodine, KAEF menargetkan produksi lokal sebanyak 25 bahan baku medis," paparnya.
Hanya saja, Henan Putihrai belum bisa memproyeksikan pertumbuhan sektor farmasi di tahun depan. Sebab, masing-masing memiliki strategi dan model bisnis yang berbeda.
Ezaridho mengatakan, untuk sektor farmasi pihaknya menyukai saham KLBF dan SIDO. Alasannya, KLBF mampu menumbuhkan laba bersih semester I 2022 sebesar 11,7% di tengah biaya produksi yang lebih tinggi.
Selain itu juga karena upaya berkelanjutan untuk meningkatkan praktik bisnisnya, terutama dalam digitalisasi logistik dan terapi terfokus melalui kolaborasi dengan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) dan akuisisi Sanofi Indonesia.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 diujicoba di Indonesia, simak rekomendasi analis untuk saham farmasi
"Kami juga menyukai perseroan setelah beralih ke pengembangan produk herbal, yang bahan bakunya tersedia secara luas di dalam negeri, agar tidak terlalu bergantung pada ketidakpastian nilai tukar dan harga bahan baku global," sebutnya.
Henan Putihrai memproyeksikan pendapatan KLBF di 2022 sebesar Rp 29,27 triliun dan laba bersih Rp 3,65 triliun. Sementara di tahun 2023, pendapatan diprediksi sebesar Rp 32,66 triliun dan laba bersih Rp 4,26 triliun.
Kemudian untuk SIDO karena rencana perseroan untuk memperluas pasar luar negeri ke beberapa negara baru, peluncuran produk baru, dan beberapa langkah efisiensi biaya.
Baca Juga: Saham Farmasi Bugar Karena Efek Vaksin Corona, Ini Pilihan untuk Investor
Pihaknya berpandangan bahwa kinerja secara keseluruhan dapat meningkat di paruh kedua tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Lantas, pendapatan SIDO di 2022 ini diproyeksikan mencapai Rp 3,87 triliun dan laba bersih Rp 1,06 triliun. Sedangkan di 2023, pendapatan sebesar Rp 4,09 triliun dan laba bersih Rp 1,14 triliun.
Adapun rekomendasi untuk kedua saham tersebut adalah buy. Target harga KLBF di Rp 2.000 per saham dan target harga SIDO di Rp 965 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News