kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja saham lapis dua dan tiga moncer, begini saran analis


Senin, 01 Maret 2021 / 20:53 WIB
Kinerja saham lapis dua dan tiga moncer, begini saran analis
ILUSTRASI. Investor?mengamati papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah moncer sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Senin (1/3). Ini tercermin dari indeks IDX SMC Liquid yang terkerek lebih tinggi dibanding IHSG dan LQ45.

Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX SMC Liquid meningkat hingga 8,26% secara year to date (ytd). Sementara, IHSG dan LQ45 masing-masing menguat 6,01% ytd dan 3,51% ytd. 

Asal tahu saja, IDX SMC Liquid merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah. 

"Ini dikarenakan sentimen pemulihan ekonomi yang menyelimuti berbagai sektor siklikal, yang di dalamnya termasuk sektor-sektor yang dihuni oleh saham-saham dalam indeks IDX SMC Liquid," kata Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani kepada Kontan.co.id, Senin (1/3). 

Lebih lanjut ia mengungkapkan, saham-saham IDX SMC Liquid memiliki likuiditas yang lebih kecil dibanding saham-saham berkapitalisasi besar atau big cap. Sehingga, volatilitas sahamnya menjadi lebih besar.

Di sisi lain, Hendriko mengamati, saham-saham berkapitalisasi pasar besar kebanyakan berasal dari sektor defensif. Misalnya, barang konsumen dan telekomunikasi yang minim sentimen. 

Baca Juga: Pertumbuhan Indeks Saham Ini Menggungguli LQ 45 dan IHSG di Awal Tahun

Senada, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang, penguatan saham-saham berkapitalisasi kecil dan menengah tidak terlepas dari saham-saham perbankan kecil yang terkerek sentimen terkait dompet digital.

"Bank-bank kecil yang selama ini sahamnya tidur, karena secara fundamental juga tidak terlalu baik, menjadi naik harganya karena adanya ekspektasi," ujar Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (1/3). 

Di sisi lain Wawan tidak memungkiri, saham-saham berkapitalisasi besar cenderung memiliki return  menurun. Sebabnya, pelaku pasar tengah menanti laporan keuangan emiten-emiten sepanjang tahun 2020 yang mulai bermunculan di bulan Maret 2021.  

Alternatif diversifikasi

Melihat kinerja saham-saham lapis dua dan tiga yang moncer, Hendriko menyarankannya menjadi alternatif diversifikasi. Sebab, saham-saham dalam indeks IDX SMC Liquid berpotensi membukukan kinerja baik tahun ini. 

Beberapa saham yang direkomendasikan Hendriko seperti, BSDE dengan target harga Rp 1.500, BNGA dengan target harga Rp 1.820, dan WIKA dengan target harga Rp 2.900. 

" Ini karena penjualan (marketing sales) yang baik dari BSDE. WIKA diuntungkan dari SWF. BNGA yang masih undervalue dan berpotensi membukukan perbaikan kinerja di tahun ini," ujar Hendriko kepada Kontan.co.id. 

Tidak jauh berbeda, Wawan berpendapat saham-saham kapitalisasi kecil dan menengah bisa menjadi diversifikasi. Dengan catatan, investor tetap memperhatikan fundamental masing-masing emiten

" Bukan big cap dan small cap-nya. Akan tetapi, lebih kepada sektor industrinya dan kinerja masing-masing perusahaannya seperti apa," jelasnya. 

Wawan menekankan untuk selalu mencermati fundamental, sebab banyak saham-saham kecil dan menengah yang  berfundamental biasa saja tetapi mengalami kenaikan harga yang signifikan, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Asal tahu saja, mengutip data RTI Business, selama tiga bulan terakhir saham ARTO telah menguat 244,83% ke harga Rp 10.000 pada penutupan perdagangan, Senin (1/3). 

Baca Juga: IDX SMC Liquid menguat 7,51% dari awal tahun, saham-saham ini yang naik tertinggi

Sahamnya terkerek sentimen dompet digital. Padahal menurut Wawan, dampak sentimen ini terhadap  kinerja perusahaan masih belum tercermin dan memerlukan waktu yang sangat lama. 

" Kapan mereka mendapat profit yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham, saya rasa masih lama. Bisa dua hingga tiga tahun lagi," ujarnya. Oleh karena itu, investor yang ingin masuk ke saham tersebut memerlukan jangka waktu yang sangat lama. 

Beberapa sektor yang menurut Wawan atraktif dalam jangka panjang seperti sektor telekomunikasi, sektor pertambangan emas dan nikel, dan barang konsumen. 

Properti sebenarnya juga menarik  karena harganya yang cenderung murah saat ini. Akan tetapi, sektor properti sesuai bagi investor penyabar karena perlu waktu yang cukup panjang agar kinerjanya membaik pasca pandemi Covid-19. 

Selanjutnya: IDX SMC Liquid naik 7,99% sejak awal tahun, saham-saham ini layak dicermati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×