Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham emiten di sektor properti diprediksi bergerak mendatar alias flat di tahun 2023.
Sebagai informasi, sejumlah emiten properti tengah mencatatkan kinerja keuangan dan harga saham yang baik di awal tahun 2023.
Misalnya, PT Bumi Serpong Damai (BSDE) Tbk di kuartal I 2023 meraup pertumbuhan laba bersih 154,1% secara tahunan menjadi Rp 884 miliar.
Lalu, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menorehkan pertumbuhan laba bersih 55,2% secara tahunan menjadi Rp 271,71 miliar di kuartal I 2023.
Melansir laman BEI, indeks saham IDX Sector Properties & Real Estate juga tercatat naik 2,65% secara year to date sampai Jumat (26/5). Kinerja indeks itu melampaui kinerja IHSG yang tercatat turun 2,39% di periode sama.
Meskipun begitu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat, pertumbuhan saham sektor properti di tahun 2023 masih cenderung bergerak flat.
Jono mengatakan, harga saham emiten sektor properti mendapat katalis positif dari laporan keuangan para emiten yang rata-rata membaik dibandingkan dengan tahun 2022.
Peningkatan kinerja sektor properti dari pendapatan segmen real estate dikarenakan musim serah terima properti yang terjual pada tahun 2021.
“Sementara, peningkatan dari segmen recurring income disebabkan tingkat okupansi pusat perbelanjaan dan hotel yang kembali penuh,” katanya kepada Kontan, Senin (29/5).
Baca Juga: 20 Saham Kapitalisasi Kecil Pilihan RHB Sekuritas yang Diproyeksi Masih Positif
Jono melihat, marketing sales emiten properti tahun ini cenderung flat dibandingkan tahun lalu. Sentimennya, setidaknya ada tiga.
Pertama, potensi daya beli masyarakat yang masih lemah untuk membeli properti, karena suku bunga sudah lebih tinggi. Laju pertumbuhan KPR bank di kuartal I 2023 pun melambat ke 7,25% dan diprediksi masih bisa makin turun di tahun 2023.
Kedua, tidak adanya insentif pajak pemerintah pada sektor ini.
Ketiga, Pemilu 2024 yang bisa memperlambat daya beli properti, karena pelaku pasar akan memperhatikan kebijakan apa yang mungkin dibuat, juga daerah mana yang mungkin menjadi fokus pemerintah untuk pengembangan.
“Katalis negatif di atas itu nanti juga bisa mempengaruhi harga saham para emiten di sektor properti,” tuturnya.
Menurut Jono, segmen rumah tapak masih akan lebih diminati dibandingkan apartemen. Hal itu disebabkan proses konstruksi dan serah terima rumah tapak yang lebih cepat, sehingga lebih menguntungkan developer
“Sementara, untuk segmen high-rise alias apartemen, masih akan cenderung lesu di tahun ini,” ujarnya.
Namun, jika segmen apartemen mengalami peningkatan peminat di tahun ini, PWON akan menjadi emiten yang diuntungkan.
“Jika yang naik di tahun ini adalah penjualan rumah tapak, CTRA dan SMRA akan sangat diuntungkan, karena produk yang lebih beragam, baik secara harga maupun lokasi,” tuturnya.
Jono pun merekomendasikan saham SMRA sebagai emiten yang bisa diperhatikan investor, dengan target harga di level Rp 730 per saham.
“SMRA cocok untuk diperhatikan karena harga sahamnya masih lebih terdiskon dibandingkan emiten di sektor properti lainnya,” imbuhnya.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi Tipis 0,09% ke Level 6.681 pada Penutupan Perdagangan Senin (29/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News