Reporter: Wahyu Tri Rahmawati, Dina Farisah | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Setelah terpuruk tahun lalu, reksadana saham bangkit kembali di tahun 2012 ini. Sejak akhir tahun 2011 hingga 29 November, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 11,88%, reksadana saham mencetak imbal hasil rata-rata 9,81%. Bahkan, imbal hasil tertinggi produk reksadana saham mencapai 40,19%.
Angka ini meningkat tajam dibanding kinerja reksadana saham tahun lalu yang turun 0,99% (per 23 Desember 2011). Di periode yang sama, IHSG naik 3,2%.
Kinerja reksadana saham saat ini kembali menggeser reksadana pendapatan tetap yang tahun lalu mencetak return tertinggi di angka rata-rata 12,1%. Hingga 29 November 2012, reksadana pendapatan tetap mencatat imbal hasil rata-rata 7,29%.
Parto Kawito Direktur PT Infovesta Utama, perusahaan riset reksadana, melihat, reksadana saham memang lebih unggul dibanding reksadana lain tahun ini. "Meski sektor komoditas jelek, sektor domestik naik," ujarnya. Parto menambahkan, Indonesia memiliki kelebihan daya beli dan faktor demografi yang menggerakkan pasar dalam negeri.
Meski terlampaui reksadana saham, reksadana pendapatan tetap masih memberi imbal hasil yang lumayan dan diburu investor. "Investor memilih produk yang aman dan pilihan itu cocok di reksadana pendapatan tetap," kata Christian Hermawan, Direktur Sucorinvest Asset Management.
Memang, return tertinggi reksadana pendapatan tetap hanya 12,8%. Tapi, hampir seluruh reksadana pendapatan tetap memberi hasil positif.
Investor reksadana pun semakin pintar. Ketika pasar turun, investor memburu reksadana dan keluar untuk merealisasikan keuntungan ketika pasar bullish. Ini terjadi akibat proses edukasi dari agen penjual terhadap investor. "Agen penjual juga mau aman agar investor masih tetap menanam modal di produk mereka," imbuh Parto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News