kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.706.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.340   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.618   86,45   1,32%
  • KOMPAS100 963   10,57   1,11%
  • LQ45 753   6,24   0,83%
  • ISSI 204   3,07   1,52%
  • IDX30 391   2,33   0,60%
  • IDXHIDIV20 475   7,20   1,54%
  • IDX80 109   1,13   1,05%
  • IDXV30 113   2,27   2,05%
  • IDXQ30 129   1,02   0,80%

Kinerja Reksadana Saham dan Reksadana Campuran Masih Negatif, Bagaimana Peluangnya?


Kamis, 06 Maret 2025 / 20:07 WIB
Kinerja Reksadana Saham dan Reksadana Campuran Masih Negatif, Bagaimana Peluangnya?
ILUSTRASI. Berdasarkan data Infovesta, Infovesta 90 Equity Fund Index mencatatkan penurunan kinerja 8,89% secara bulanan (month on month/MoM) di Februari 2025. Sementara Infovesta 90 Balanced Fund Index mencetak penurunan 4,35% MoM.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham dan reksadana campuran masih negatif sepanjang Februari 2025. Ini melanjutkan tren yang terjadi sejak Januari lalu.

Berdasarkan data Infovesta, Infovesta 90 Equity Fund Index mencatatkan penurunan kinerja 8,89% secara bulanan (month on month/MoM) di Februari 2025. Sementara Infovesta 90 Balanced Fund Index mencetak penurunan 4,35% MoM.

CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra menilai sepanjang Februari 2025 terdapat volatilitas pasar yang cukup tinggi, sehingga membuat kinerja reksadana, khususnya saham melemah. Hal tersebut sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 11,8% MoM.

"Pelemahan terjadi akibat kombinasi faktor global dan domestik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (5/3).

Baca Juga: Kinerja Reksadana Dolar AS di Proyeksikan Positif, Cermati Sejumlah Sentimennya

Dari global, Guntur melihat sentimen yang kurang kondusif sepanjang Februari, seperti berlanjutnya ekspektasi suku bunga tinggi dari The Fed dan perang dagang akibat kebijakan tarif. Lalu dari dalam negeri, volatilitas pasar saham serta tekanan terhadap rupiah turut membatasi pertumbuhan reksadana sehingga investor cenderung menghindari aset berisiko.

Guntur berpandangan peluang pemulihan kinerja tetap ada, tetapi bergantung pada beberapa faktor, seperti perkembangan kebijakan moneter global, stabilitas nilai tukar rupiah, dan kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurutnya, jika tekanan global mereda dan aliran dana asing kembali masuk, maka reksadana saham dan campuran berpotensi mengalami rebound.

"Namun, apabila sentimen negatif masih dominan, maka tekanan lebih dalam bisa terjadi," paparnya.

Head of Business Development Division PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi menambahkan bahwa terdapat sinyal dovish dari the Fed. Menurutnya, apabila ada kepastian pemangkasan suku bunga terjadi lebih cepat maka arus modal bisa kembali ke emerging market dan mendukung pasar saham dan reksadana ekuitas.

"Lalu jika konsolidasi politik dapat ditangani sehingga mengembalikan kepercayaan investor, maka ada kemungkinan bisa mendukung perbaikan," sambungnya.

Meski tertekan, sejumlah reksadana saham dan reksadana campuran berhasil menjaga kinerjanya tetap positif. Dari reksadana saham, tiga teratas dengan kinerja terbaik dikuasai produk Pacific Capital Investment dengan Pacific Saham Syariah III yang tumbuh 8,96% MoM, Pacific Saham Syariah 7,78% MoM, dan Pacific Equity Flexi Fund 7,16% MoM.

Selain itu, ada juga dari Sucorinvest Equity Prima Fund yang naik 2,79% MoM dan Shinhan Mitra Maxima Ekuitas sebesar 2,33% MoM. Sementara itu, dari reksadana campuran ada STAR Balanced yang tumbuh sebesar 2,28% MoM.

Baca Juga: Reksadana Saham Syariah Masih Berpotensi Menghijau, Ini Katalis Pendorongnya

Direktur Utama STAR Asset Management (STAR AM), Hanif Mantiq menyebutkan hal itu sejalan dengan strategi perusahaan.

"Di tengah kondisi ketidakpastian global, perusahaan menerapkan strategi memperbanyak komposisi portofolio obligasi pemerintah agar imbal hasil lebih stabil," terangnya.

Adapun Top 5 komposisi portofolio STAR Balanced terdiri dari obligasi negara dengan tenor panjang yaitu FR0072 dan FR0087, beserta saham perbankan. Komposisi tersebut dapat menghasilkan imbal hasil yang baik karena kontribusi yield atas FR0072 dan FR0087 yang cukup besar sekitar 6%-7%, sehingga dapat mendorong kinerja dari portofolio STAR Balanced.

Selain itu ada juga Pinnacle Granditas Dynamic Balanced Fund yang mampu menjaga kinerjanya tetap positif sebesar 0,86%. Maklum, dari 92 daftar produk reksadana campuran, hanya 15 produk yang mampu menjaga kinerjanya tetap positif.

Guntur menerangkan, strateginya dengan mengedepankan manajemen risiko yang terukur dalam pengelolaan dana. Fokus terhadap obligasi yang memiliki rating investment grade dan sebagian kecil porsi portfolio dialokasikan ke saham untuk tactical asset allocation.

"Sejauh ini kinerja reksadana campuran cukup baik dan stabil dalam kondisi pasar yang volatilitasnya meningkat beberapa pekan terakhir," sebutnya.

Berdasarkan fundfactsheet perusahaan per Februari 2025, portofolio dari Pinnacle Granditas Dynamic Balanced Fund mayoritas diisi pendapatan tetap sebesar 78,24%. Disusul pasar uang 20,73%, dan saham 1,03%.

Adapun beberapa portofolio pendukung kinerjanya dari Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa, Obligasi Berkelanjutan I Oki Pulp & Paper Mills, dan Obligasi Berkelanjutan I Pindo Deli Pulp and Paper Mills.

Di tengah tekanan pada pasar reksadana, Reza menyarankan investor fokus pada reksadana dengan strategi aktif.

"Manajer investasi dengan kemampuan tactical asset allocation lebih mampu mengoptimalkan peluang di tengah volatilitas," tutupnya.

Selanjutnya: BI Sebut Wajar Likuiditas Mengetat Saat Ramadan dan Lebaran

Menarik Dibaca: Jaga Kebugaran Saat Puasa, Ini Tips Diet Tanpa Nyeri Lambung dari Lighthouse

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×