Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tetap optimistis seiring kebijakan The Fed yang diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini turut memperkuat posisi dolar AS di pasar global.
Berdasarkan data Trading Economics, Indeks Dolar AS (DXY) dalam satu tahun terakhir menguat 3,30%. Penguatan ini berdampak positif bagi investor yang berinvestasi pada aset berbasis dolar, seperti obligasi korporasi AS, saham AS, dan instrumen pasar uang global.
CEO STAR AM Hanif Mantiq menilai reksadana denominasi dolar masih memiliki prospek positif. Penguatan dolar berpotensi meningkatkan imbal hasil bagi investor asing.
Baca Juga: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Berkat Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan BI
Salah satu contohnya adalah reksadana saham USD yang mengalokasikan sebagian besar asetnya ke instrumen saham. Mengacu pada Yahoo Finance, kinerja SPDR S&P 500 ETF Trust mencatatkan imbal hasil 1,38% year-to-date (YTD) per 28 Februari 2025.
"Kinerja reksadana saham USD yang positif mencerminkan imbal hasil saham yang juga menguat, seperti S&P 500 yang mencatatkan imbal hasil 2,24% YTD," ujar Hanif kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).
Hanif juga mengungkapkan bahwa STAR Global Sharia Equity USD, salah satu produk unggulan STAR AM, mencatatkan imbal hasil 0,84% YTD per 21 Februari 2025. Meski demikian, ia menekankan bahwa faktor eksternal seperti geopolitik dan kondisi ekonomi global turut mempengaruhi kinerja reksadana USD.
CEO Pinnacle Investment Guntur Putra juga optimistis terhadap reksadana yang memiliki eksposur ke saham-saham AS, terutama di sektor teknologi, kesehatan, dan energi yang memiliki fundamental kuat.
Baca Juga: Dolar AS Pulih Seiring Pengurangan Prediksi Pemangkasan Besar Suku Bunga The Fed
"Secara prospek, reksadana yang mengalokasikan dana ke saham-saham blue-chip AS dan perusahaan teknologi besar cenderung memberikan hasil baik," kata Guntur, Sabtu (1/3).
Meski kinerja reksadana USD masih positif, volatilitas pasar AS tetap menjadi perhatian.
Guntur menambahkan, Pinnacle Investment memiliki fleksibilitas lebih dalam mengelola Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) USD, yang pada tahun lalu mencatatkan kinerja hampir 30% dalam denominasi USD dan masih mencatatkan imbal hasil positif secara YTD.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menegaskan bahwa reksadana berdenominasi dolar AS masih memiliki prospek menarik, terutama dengan perkembangan pesat sektor teknologi di China dan AS.
"Sektor ini sedang booming, ditambah ekspektasi stimulus dari pemerintah China serta dukungan ke sektor teknologi menjadi sentimen positif," ujar Arjun, Jumat (28/2).
Baca Juga: Cermati Ini Mata Uang yang Diuntungkan dari Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Dengan potensi pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) sebanyak 1–2 kali hingga akhir 2025, diperkirakan akan terjadi penurunan yield. Oleh karena itu, Arjun menilai reksadana pendapatan tetap USD menjadi pilihan menarik.
Berdasarkan data Infovesta per Kamis (27/2), tiga reksadana dolar AS dengan kinerja terbaik sepanjang 2024 hingga awal 2025 adalah Bahana USD Fixed Income Kelas I (5,90%), STAR Fixed Income Dollar (5,73%), dan Danakita Proteksi Pendapatan Berkala USD (5,51%).
Sementara secara YTD, BRI Melati Premium Dollar mencatatkan imbal hasil 2,39%, Investa Dana Dollar Mandiri Kelas A 2,20%, dan Bahana USD Fixed Income Kelas I 2,08%.
Selanjutnya: Rencana Pembelian SBN oleh BI Diragukan
Menarik Dibaca: Promo Superindo Weekday 3-6 Maret 2025, Sirup ABC Beli 4 Jadi Rp 10.000 per Botol
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News