Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana masih mampu mencatatkan pertumbuhan di tengah gejolak tahun 2023. Reksadana pendapatan tetap tercatat menjadi jawara di tahun kemarin.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana pendapatan tetap menjadi yang paling prospektif di tahun 2023, yaitu tumbuh 4,73% secara year to date (YTD) per 29 Desember 2023.
Reksadana pasar uang mampu naik 3,94% dan reksadana campuran tumbuh 0,86% selama tahun lalu. Sementara, reksadana saham justru terkoreksi 3,73% di sepanjang tahun 2023.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, kinerja reksadana secara keseluruhan di tahun 2023 masih bagus, tergantung dari kinerja masing-masing produk. Reksadana pendapatan tetap menjadi jawara di tahun 2023 disebabkan oleh ketidakpastian yang terjadi di pasar sepanjang tahun lalu.
Baca Juga: Intip Prospek Reksadana Saham di Tahun Pemilu Berikut Ini
Sehingga, para investor pada tahun lalu lebih memilih investasi di obligasi seiring dengan tren penurunan inflasi. Selain itu, ada ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed di tahun 2024.
“Sementara, untuk mayoritas tahun lalu, kinerja saham tertekan. Hanya di bulan November dan Desember yang kinerja IHSG cukup kuat,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (3/1).
Spv Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, secara umum, kinerja reksadana di tahun 2023 dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi makroekonomi, pasar modal, suku bunga, inflasi, sentimen global, dan kinerja emiten.
Kinerja reksadana pendapatan tetap mendapat manfaat dari pelemahan pasar saham dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan.
Sementara, reksadana saham dan reksadana saham syariah justru mengalami penurunan, masing-masing turun sebesar 1,02% dan 4,55% secara YTD. Hal ini disebabkan oleh gejolak pasar modal global yang diakibatkan kebijakan The Fed dan lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS).
Reksadana campuran, reksadana pasar uang, dan reksadana syariah lainnya mencatatkan kinerja positif, walaupun masih di bawah 2%.
“Reksadana dengan kinerja terburuk di tahun 2023 merupakan reksadana yang berinvestasi pada saham-saham sektor properti, infrastruktur, dan konstruksi yang terpukul oleh Pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (3/1).
Di HPAM sendiri, kinerja reksadana sepanjang tahun 2023 cukup beragam. Menurut data HPAM, reksadana saham HPAM Ultima Ekuitas 1 mencapai return 10,56% selama 2023.
Baca Juga: Tahun Pemilu, Reksadana Saham Dinilai Sebagai Pilihan Investasi yang Prospektif
Reksadana saham HPAM Saham Dinamis mencapai 4,90% secara tahunan (year on year/YoY), reksadana saham HPAM Syariah Berkah mencapai return 20,80% YoY, reksadana campuran HPAM Flexi Plus mencapai return 7,55% YoY.
Reksadana pendapatan tetap HPAM Government Bond mencapai return 6,78% YoY, dan reksadana pasar uang HPAM Ultima Money Market mencapai return 4,42% YoY.
Sentimen yang memengaruhi kinerja reksadana HPAM di tahun 2023 adalah kenaikan inflasi global dan domestik, kenaikan suku bunga The Fed, dan pemulihan perekonomian di Indonesia.
“Lalu, kenaikan harga komoditas, dan kinerja saham-saham sektor perbankan, kesehatan, konsumsi, retail, transportasi, telekomunikasi, serta minyak dan gas,” paparnya.
Reza melihat, prospek kinerja produk reksadana di tahun 2024 masih positif. Namun, terdapat tantangan dan peluang yang cukup berbeda. Beberapa faktor yang berpotensi mendukung kinerja reksadana di tahun 2024 adalah penurunan suku bunga, iklim politik yang kondusif, peningkatan daya beli masyarakat, dan peningkatan mobilitas.
“Sementara, beberapa faktor yang berpotensi menekan kinerja reksadana di tahun 2024 adalah resesi di AS, perlambatan pertumbuhan di China, dan tekanan inflasi,” paparnya.
Jenis reksadana yang berpotensi menawarkan return tinggi di tahun 2024 adalah reksadana saham dan reksadana saham syariah. Sentimennya adalah adanya dampak dari pemulihan ekonomi dan kinerja sektor-sektor pilihan. Reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang juga memiliki potensi yang menarik, walaupun dengan return yang lebih rendah.
Reza mengatakan, reksadana campuran dapat menjadi pilihan bagi investor yang ingin diversifikasi portofolio.
“Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kinerja reksadana di tahun 2024 adalah kebijakan moneter global dan domestik, dinamika politik, dan kinerja emiten,” tuturnya.
Oleh karena itu, Reza merekomendasikan investor untuk memasang strategi pengelolaan portofolio reksadana dengan mengetahui profil risiko dan tujuan investasi, memilih produk reksadana yang sesuai, melakukan diversifikasi portofolio, dan memilih berinvestasi secara jangka panjang.
“Sebaiknya investor menaruh dana di reksadana yang memiliki kinerja konsisten, biaya rendah, dan manajemen profesional,” ungkapnya.
HPAM sendiri, kata Reza, menerapkan strategi pengelolaan reksadana dengan melakukan analisis fundamental dan teknikal, memilih saham-saham atau obligasi-obligasi yang berkualitas, melakukan diversifikasi portofolio, dan menyesuaikan durasi portofolio dengan kondisi pasar.
HPAM memilih saham-saham dari sektor yang memiliki keunggulan saat ekonomi mulai berjalan, seperti BRPT, TPIA, SSIA, dan AKRA.
“HPAM juga menerapkan strategi duration play, yaitu memendekan atau memanjangkan durasi portofolio sesuai dengan sentimen pasar,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News