kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja reksadana pendapatan tetap tertinggi tahun lalu, reksadana saham terjeblok


Minggu, 03 Januari 2021 / 12:30 WIB
Kinerja reksadana pendapatan tetap tertinggi tahun lalu, reksadana saham terjeblok
ILUSTRASI. Reksadana pendapatan tetap menjadi sebagai jawara reksadana dengan kinerja paling apik sepanjang tahun 2020.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap menjadi sebagai jawara reksadana dengan kinerja paling apik sepanjang tahun 2020. Hal ini terlihat dari kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta Fixed Income Fund Index yang berhasil tumbuh hingga 8,99% sepanjang tahun.

Pada peringkat kedua, reksadana pasar uang yang kinerjanya tercermin dari Infovesta Money Market Fund Index yang tumbuh 4,61% pada 2020. Sementara reksadana yang berbasis saham justru tercatat membukukan kinerja negatif pada tahun lalu.

Kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta Balanced Fund Index tercatat mengalami koreksi 0,36% pada tahun 2020. Sedangkan kinerja reksadana saham jauh lebih buruk lagi. Infovesta Equity Fund Index tercatat mengalami kinerja negatif hingga -10,29% sepanjang tahun.

Baca Juga: Mayoritas reksadana denominasi dolar AS berkinerja di atas rata-rata

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, kinerja apik reksadana pendapatan tetap tak terlepas dari kebijakan longgar dari Bank Indonesia (BI) pada tahun ini. Dengan lima kali penurunan suku bunga acuan, tak pelak reksadana pendapatan tetap diuntungkan dengan kondisi tersebut dan membuat kinerjanya bisa tumbuh baik di tengah kondisi saat ini.

“Padahal, ketika pandemi Covid-19 terjadi, nasib obligasi sama buruknya dengan saham. Saat itu, yield SUN acuan 10 tahun bahkan sempat jatuh hingga 8%. Untungnya, adanya pemangkasan suku bunga dan ekspektasi pemulihan ekonomi berhasil angkat kinerja obligasi dan reksadana pendapatan tetap. Ini sekaligus menunjukkan reksadana pendapatan tetap sebagai instrumen yang defensif,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (30/12/20).

Kendati reksadana saham membukukan kinerja negatif pada tahun ini, Wawan cukup puas dengan kinerja tersebut mengingat situasi saat ini. Menurutnya, di saat IHSG terpukul dan berada di titik terendahnya pada Maret silam, lalu bisa kembali ke level 6.000 menunjukkan tingginya kepercayaan dan minat investor terhadap instrumen saham di saat ada optimisme pemulihan ekonomi di Indonesia.

Menyambut tahun 2021, Wawan lebih optimistis terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dus, industri reksadana diperkirakan akan semakin membaik. Berkaca dari dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) yang pada November 2020 sudah pulih seperti sebelum terkena pandemi.

Asal tahu saja, pada November 2020, AUM industri reksadana mencapai Rp 532,22 triliun atau merupakan yang tertinggi sepanjang 2020.

Baca Juga: Kinerja reksadana saham paling ciamik di sepanjang bulan Desember 2020

Wawan menilai, pada tahun 2021, dengan masih banyaknya kegiatan yang terbatas dan pengeluaran yang tertunda, artinya dana masyarakat akan lebih banyak yang dialihkan untuk investasi. Sehingga peluang pertumbuhan AUM pada tahun 2021 berpotensi terus berlanjut.

“Untuk 2021, reksadana pendapatan tetap masih jadi instrumen yang paling menarik. Katalis negatif instrumen ini adalah naiknya suku bunga, namun tren suku bunga rendah masih akan terjadi bahkan hingga 2022. Apalagi, kuartal I-2021 masih banyak ketidakpastian soal distribusi dan efektivitas vaksin Covid-19, jadi reksadana pendapatan tetap merupakan instrumen yang paling optimal,” kata Wawan

Lantaran masih adanya ketidakpastian, Wawan merekomendasikan setidaknya pada kuartal I-2020, investor mengambil posisi moderat. Menurutnya, portofolio berupa 50% reksadana  pendapatan tetap, 30% reksadana saham, dan 20% reksadana pasar uang jadi yang paling optimal.

Namun, jika ternyata ketidakpastian mereda, pemulihan ekonomi berjalan sesuai harapan, Wawan bilang, investor bisa lebih agresif. Yakni, dengan menambah portofolio reksadana  saham menjadi 40%, reksadana pendapatan tetap jadi 40%, dan reksadana pasar uang 20%.

Selanjutnya: Pandemi tidak menyurutkan aktivitas menabung dan investasi masyarakat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×