Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tak semua laporan kinerja emiten properti di kuartal ketiga 2017 baik, namun cukup banyak yang berhasil mencatat kenaikan laba yang fantastis.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) misalnya membukukan kenaikan laba hingga 100% year-on-year. Begitu pula PT Modernland Realty Tbk (MDLN) yang kenaikan labanya mencapai 794,3% di kuartal ketiga tahun ini.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) memang tak mampu mencetak kenaikan laba tinggi di periode ini. Namun, emiten ini berhasil memperoleh pendapatan berulang (recurring income) yang tinggi, berkat pendapatan sewa yang didapat dari pusat perbelanjaan seperti Kota Kasablanka dan Gandaria City.
Namun, PT PP Properti Tbk (PPRO) menjadi salah satu yang mencatatkan kinerja yang tak terlalu kinclong. Di kuartal III-2017, anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini hanya mencatat kenaikan laba sebesar 8,49% yoy.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, mulai meningkatnya kinerja emiten properti ini sebenarnya sudah terlihat sejak awal 2017. Sektor ini sudah mulai menggeliat lantaran mulai adanya kenaikan tingkat penjualan properti di awal tahun ini.
Kondisi ini berbeda jauh dengan tahun 2016, di mana penjualan properti sangat lesu sejak awal tahun lalu. Hans menilai, lesunya sektor properti tahun lalu disebabkan harga yang tinggi.
Meningkatnya kinerja ini juga didukung oleh relaksasi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. "Penurunan suku bunga acuan BI dan adanya kelonggaran loan-to-value (LTV) yang diberikan pemerintah mendorong kinerja emiten di sektor ini," ujar Hans, Minggu (29/10).
Ia menilai, meski penjualan jadi salah satu faktor penting bagi emiten properti untuk meningkatkan kinerja, namun recurring income juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh emiten-emiten ini. Pasalnya, pendapatan berulang ini bisa meningkatkan valuasi saham perusahaan.
"Selain itu, recurring income mampu membuat perusahaan mendapat pendapatan tambahan selain dari penjualan lahan, rumah, ruko, maupun apartemen," paparnya.
Di sisi lain, meningkatnya kinerja berbagai emiten properti ini menunjukkan awal kebangkitan sektor properti. Hal ini mungkin akan terus berlanjut hingga 2018 mendatang. Meski begitu, Hans memandang, emiten harus mengatur strategi untuk meningkatkan penjualan rumah harga di bawah Rp 1 miliar, yang kini jadi incaran konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News