Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mengindikasikan pasar obligasi tengah dalam tekanan. Kinerja pasar obligasi sempat mendaki tinggi, namun akhirnya turun belakangan ini.
Mengutip data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), kinerja pasar obligasi yang tercermin dari ICBI sempat menyentuh area 344,19 pada Minggu (4/12). Ini menjadi level tertinggi indeks ICBI di sepanjang tahun 2022.
Performa ICBI setelah itu turun dalam 3 hari berturut-turut. Meskipun hari ini, Kamis (8/12) kembali menguat tipis 0,01 dibandingkan hari sebelumnya, namun ICBI terkoreksi 0,22% dalam sepekan.
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi mencermati bahwa penurunan ICBI disebabkan oleh adanya aksi profit taking oleh beberapa institusi.
Baca Juga: Ini Penyebab Cadangan Devisa Indonesia Naik Menurut BI
Aksi tersebut berkaitan disinyalir untuk mengamankan posisi kinerja menjelang akhir tahun.
Di samping itu, level imbal hasil obligasi acuan 10 tahun berada di bawah 7% atau level psikologisnya. Ini turut melemahkan kinerja ICBI.
Menurut Reza, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) masih akan menjadi sentimen pasar obligasi ke depan.
BI diperkirakan masih akan meningkatkan suku bunga hingga level 5,25%-5,50%. Serta, fluktuasi mata uang rupiah pada level Rp 15,400 – Rp 15,700 per dollar Amerika Serikat (AS) akan membebani pasar surat utang tanah air.
Dari eksternal, investor masih melihat tingkat inflasi AS. Walaupun dalam tren menurun, namun tingkat bunga masih pada level yang tinggi.
"Sehingga, tindak lanjut suku bunga The Fed masih menjadi perhatian pasar," kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (8/12).
Baca Juga: Ada Potensi Window Dressing, Kinerja Reksadana Saham Siap Bangkit di Desember
Selain perlu mencermati inflasi AS, investor juga perlu memahami bahwa konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina bisa menekan kinerja obligasi.
Reza menuturkan bahwa pergerakan indeks obligasi ke depan punya potensi bagus. Hal itu menimbang tingkat suku bunga yang nampaknya masih akan naik hingga kuartal pertama tahun depan. Kemudian, suku bunga baru berpotensi flat di kuartal ke 3.
Dari sisi yield atau imbal hasil sebenarnya masih menguntungkan. Sampai akhir tahun, HPAM menilai level yield obligasi pemerintah 10 tahun akan berada pada kisaran 6.8% - 7.10%, atau lebih tinggi dibandingkan awal tahun 2022 di level 6.4%.
Baca Juga: Cadangan Devisa Bisa Menguat Meski Rupiah Loyo
"Level tersebut dianggap sebagai area yang cukup menarik bagi investor untuk berinvestasi di obligasi pemerintah. Ditambah lagi melihat fundamental Indonesia yang lebih baik dibandingkan negara-negara regional," ujar Reza.
Reza menyarankan untuk jangka pendek bisa dimanfaatkan trading pada level 7.10% - 7.40%, ataupun menyamakan durasi portofolio obligasi dengan benchmark. Sebab, fluktuasi di pasar obligasi masih cukup tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News