Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatat rekor laba yang diatribusikan kepada perusahaan induk sebesar Rp 1 triliun atau meningkat 65,4% year on year (yoy).
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Robert Sebastian, mengatakan pencapaian ini sejalan dengan harapan mereka yakni memenuhi 102% dari tahun 2021. "Sementara pendapatan meningkat 27,4% secara tahunan menjadi Rp 43,5 triliun," kata Robert dalam risetnya.
Sementara Analis Sucorinvest Central, Benyamin Mikael, mengatakan kinerja ERAA tahun 2021 cukup baik.
"Walaupun tahun 2020 naik sebesar 107% dan 2021 naik sebesar 56%, tahun ini kami expect positif melanjutkan kinerjanya dan mendapatkan kenaikan di take profit sekitar 29% atau naik sebesar Rp 1,2 triliun secara tahunan," ucap Benyamin kepada Kontan.co.id, Senin, (23/5).
Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu memandang net income di bawah ekspektasinya karena kenaikan biaya operasi dan melemahnya penjualan pada kuartal ketiga karena ada pembatasan mobilitas sementara untuk pendapatan masih inline, sekitar 106% dari ekspektasinya.
Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) Siapkan Kocek hingga Rp 319 Miliar untuk Buyback Saham
Selain itu Robert mengatakan GPM meningkat sebesar 110 bps secara tahunan menjadi 11,1%, seiring COGS meningkat pada kecepatan yang lebih rendah dari 25,9% secara tahunan.
"Sehingga pendapatan sesuai dengan harapan kami, membentuk 103% dari sepanjang tahun 2021. Serta Laba operasional meningkat 73,2% secara tahunan menjadi Rp1,5 triliun, seiring dengan OPM meningkat 90 bps secara tahunan menjadi 3,4%," tutur Robert.
Pada sepanjang tahun 2021, ERAA juga melaporkan hutang usaha sebesar Rp 616 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 1,0 triliun.
Benyamin mengatakan kinerja keuangan Earning per Share (EPS) bisa naik karena jumlah saham yang beredar berkurang karena melakukan buyback secara general. "Sementara dari sisi financial bisa cukup memberatkan karena harus mengalokasi sekitar Rp 319 miliar ditambah untuk tahun ini ERAA akan melakukan ekspansi yang cukup agresif dengan membuat 400-500 store baru," tutur Benyamin.
Benyamin mengungkapkan sehingga membuat cashflow lebih berat kalau terealisasi semuanya, walaupun tidak mungkin terjadi buyback 100% terealisasi.
Ia menambahkan melihat keterbukaan informasi yang terjadi di IDX, ERAA memutuskan buyback karena manajemen melihat bahwa valuasi sudah cukup murah dan saham ERAA masih underappreciated padahal kinerja ERAA di 2021 sangat baik tapi harga saham tidak kemana-mana malah cenderung turun.
Baca Juga: Emiten Ritel Lanjutkan Ekspansi, Berikut Rekomendasi Sahamnya
Chandra mengatakan menurut perspektif dari management ERAA melakukan buyback karena dirasa nilai fundalmental lebih rendah dari harga saham dan dampak buyback tidak terlalu signifikan.
Kinerja Positif saat Pemulihan Ekonomi Terjadi
Secara keseluruhan, Robert melihat kinerja ERAA sangat kuat di sepanjang tahun 2021 didukung oleh tingginya permintaan gadget, terutama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di masa pandemi Covid-19.
Secara triwulanan, ERAA membukukan laba bersih pada kuartal IV-2021 sebesar Rp 293 miliar atau meningkat 82,5% secara kuartal.
Robert mengatakan pendapatan pada kuartal IV-2021 tumbuh 25% secara tahunan menjadi Rp12,3 triliun, dengan GPM meningkat 600 bps secara kuartal menjadi 14,5%, seiring COGS tumbuh lebih lambat dari 16,8% secara tahunan.
"Ini didukung oleh penjualan iPhone 13 dan 13 pro, menghasilkan volume dan margin penjualan yang lebih tinggi. Laba operasi dalam pada kuartal IV-2021 naik 105,4% secara kuartal menjadi Rp 447 miliar, dengan OPM meningkat 140 bps secara kuartal menjadi 3,6%," ucap Robert.
Menurut Benyamin sentimen yang mendukung kinerja ERAA berasal dari re-opening ekonomi dimana mall sudah dibuka kembali harusnya ada peningkatan. Ditambah ERAA akan membuka sekitar 400-500 store tahun ini dan juga bisnis lainnya bisa menjadi sentimen positif bagi ERAA dalam kinerjanya.
Benyamin mengatakan keunggulan ERAA berasal dari market share dan sebagai distribusi terbesar karena memiliki market share ERAA sekitar 13% dan ke depannya ERAA akan menaikan sekitar 25% untuk 2 sampai 3 tahun ke depannya.
"Sehingga bergeming power ERAA akan lebih tinggi lagi dibandingkan sekarang dan profit margin akan bisa ikut naik. Selain itu ERAA memiliki keunggulan branding yang cukup kuat sekarang sehingga bisa membangun kerjasama dengan siapa saja," ujar Benyamin.
Baca Juga: Bisnis Restoran Cepat Saji Terus Tumbuh, Begini Kata Hippindo
Sedangkan Chandra mengatakan sentimen yang bisa mendukung kinerja ERAA berasal dari normalnya aktivitas masyarakat dalam berkegiatan sehari-hari dan longgarnya kebijakan PPKM.
"Sehingga trafik mall bisa kembali meningkat dan penjualan bisa ke tingkat normal, terutama untuk pembukaan toko-toko baru dan bisnis venture yang lain seperti paris baguette dan JD Sport," ucap Chandra.
Robert menyampaikan hambatan dalam kinerja ERAA berasal dari risiko varian baru covid-19 dan pertumbuhan PDB lebih rendah dari yang diharapkan.
Sementara menurut Benyamin sentimen negatif berasal dari kasus covid yang kembali naik, adanya peraturan PPKM yang lebih ketat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Robert menyampaikan mengikuti hasil sepanjang tahun 2021, ia meningkatkan GPM sepanjang tahun 2022 dan 2023 sebesar 11,1%/11,3%. Serta membuat laba kotor pada tahun 2022/2023 meningkat sebesar 11,0%/13,0% menjadi Rp5,3 triliun/Rp5,9 triliun dan menaikkan OPM sepanjang tahun 2022/2023 sebesar 3,5% dan 3,7%.
Baca Juga: Bisnis Restoran Cepat Saji Terus Tumbuh, Begini Kata Hippindo
"Ini menghasilkan laba operasi pada tahun 2022/2023 meningkat 19,6%/25,0% menjadi Rp1,7 triliun/Rp1,9 triliun dan laba bersih meningkat masing-masing 1,1%/5,6% menjadi Rp1,1 triliun/Rp1,3 triliun," ujar Robert
Robert mempertahankan Buy untuk ERAA dengan TP Rp 990, Benyamin merekomendasikan Buy kepada emiten ERAA dengan TP Rp 850 dan Chandra memproyeksikan Buy untuk emiten ERAA dengan TP sebesar Rp 705.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News