Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digerakkan oleh saham-saham lapis bawah. Hal ini tercermin dari indeks IDX SMC Composite yang berisikan saham-saham lapis bawah. Indeks ini mencetak kinerja paling tinggi secara year-to-date, yakni naik hingga 28,15%.
Bandingkan dengan kinerja Indeks LQ45 yang sejak awal tahun hanya menguat 1,77%. Padahal, indeks ini berisikan saham-saham blue chips yang memiliki likuiditas tinggi.
Namun, secara kuartalan, saham-saham bluechips mulai mengambil posisi. Terlihat dari kinerja Indeks LQ45 yang telah menguat 6,34% secara kuartalan. Laju LQ45 mulai mengalahkan IDX SMC Composite yang hanya menguat 5,82%.
Fundamental Analis B-Trade Raditya Pradana menilai, pergerakan IHSG akan didorong oleh saham-saham LQ45. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan kinerja perusahaan secara keuangan.
Raditya mencontohkan, PT Astra International Tbk (ASII) yang mengantongi pertumbuhan pendapatan bersih hingga 28% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 167,4 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan bersih ASII hanya Rp 130,34 triliun.
Baca Juga: Ada potensi pemulihan ekonomi, saham likuid berkapitalisasi jumbo semakin menarik
Hal serupa juga terjadi pada dua emiten nikel, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang sama-sama mencetak kinerja moncer.
Untuk window dressing, menurut Raditya, saham-saham konstituen Indeks LQ45 juga kembali akan menjadi penggerak indeks.
“Data historikal juga membuktikan bahwa saham-saham LQ45 kemungkinan besar mengalami penguatan khususnya pada bulan Desember setiap tahunnya,” terang Raditya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/11).
Setidaknya sejak 2016-2020, indeks LQ45 selalu bergerak di zona hijau pada perdagangan akhir tahun. Naiknya saham-saham LQ45 menjelang window dressing juga tidak terlepas dari perbaikan kinerja keuangan.
Dus, investor bisa mencermati sejumlah saham penghuni indeks ini seperti ASII, ANTM, INCO, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Saham-saham ini bisa dicermati seiring datangnya window dressing disertai dengan peningkatan kinerja keuangan saham konstituen LQ45.
Secara teknikal, Raditya memperkirakan IHSG dalam jangka pendek berpotensi untuk mengalami koreksi ke level 6.500-6.550. Setelah menyentuh level ini, IHSG berpotensi menguat ke level 6.822, dan kemudian IHSG berpeluang terkoreksi ke level 6.742 untuk membentuk level barunya.
Setelah level baru terbentuk, IHSG berpeluang menguat ke level 6.903. IHSG juga berpeluang overshoot ke level 7.000 yang menjadi level psikologisnya di akhir tahun.
Faktor pendorongnya masih berasal dari kondisi makroekonomi Indonesia yang solid pada saat ini. Sentimen kebijakan tapering The Fed juga sudah priced in dengan teknikal IHSG, sehingga tidak berpengaruh signifikan kepada pergerakan indeks.
“Selain itu, arus dana dari investor asing menurut analisis kami juga masih akan masuk atau akumulasi ke bursa kita khususnya pada kuartal keempat tahun ini,” pungkas Raditya.
Selanjutnya: IHSG masih rawan koreksi pekan ini, cermati sentimennya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News