Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Rudiyanto juga berpendapat, upaya menjaga tracking error agar berada di level yang minimum sangat penting bagi manajer investasi. Pasalnya, keberhasilan suatu reksadana indeks ditentukan oleh selisih dari imbal hasil reksadana tersebut dengan indeks yang menjadi acuannya.
Maka dari itu, tak heran ketika performa indeks IDX30 melambat, kinerja reksadana berbasis indeks tersebut juga mengalami hal serupa. Begitu pula sebaliknya.
Baca Juga: Ini penyebab kinerja indeks IDX30 tak maksimal sejak awal tahun
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan, karena reksadana berbasis indeks dikelola secara pasif, penyesuaian bobot sektor saham kemungkinan hanya dilakukan pada saat indeks acuannya mengalami revisi komposisi anggota.
“Kalau manajer investasi mengubah komposisi sahamnya, justru ini bisa memperbesar risiko reksadana indeks, apabila jika perubahannya tidak sesuai kondisi pasar ke depan,” jelas dia, akhir pekan lalu.
Terlepas dari itu, Wawan menilai, reksadana indeks IDX30 masih sangat menjanjikan dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, jumlah anggota IDX30 yang tergolong mini ditambah likuiditas yang mumpuni dan kapitalisasi pasar yang besar membuat indeks ini masih cukup populer di mata manajer investasi.
Baca Juga: Inilah penghuni indeks baru bursa IDXValue30 dan IDXGrowth30
Dari sisi performa, secara jangka panjang indeks IDX30 biasanya mampu mencetak return yang lebih tinggi ketimbang IHSG. Ia pun yakin, jelang akhir tahun nanti kinerja indeks IDX30 akan tumbuh lebih baik berkat adanya aksi window dressing di pasar saham domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News