kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

Kinerja emiten semen masih terpuruk


Rabu, 01 November 2017 / 20:37 WIB
Kinerja emiten semen masih terpuruk


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten semen telah mengeluarkan rapor kinerjanya selama sembilan bulan pertama tahun ini. Walau satu emiten semen pelat merah berhasil meningkatkan pendapatannya di periode ini, seluruh emiten semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penurunan laba.

Pendapatan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berhasil meningkat 7,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp 20,55 triliun. Tapi, laba perusahaan semen pelat merah ini turun hingga 50,16% menjadi Rp 1,46 triliun.

Hal ini disebabkan oleh beban pokok pendapatan yang meningkat 26,02% yoy. Beban keuangan yang harus ditanggung di periode ini juga meningkat 106,73% yoy.

PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) juga mencatat penurunan laba sebesar 38,46% yoy menjadi Rp 107,53 miliar hingga akhir September 2017. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan sebesar 4,2% menjadi Rp 999,6 miliar.

"Turunnya pendapatan di kuartal ketiga lalu merupakan dampak dari penjualan semen dari Pabrik Baturaja II selama bulan Juli-Agustus 2017 yang belum bisa diakui sebagai pendapatan," ujar Direktur Utama SMBR Rahmad Pribadi dalam keterangan resmi, Rabu (1/11).

Kondisi yang sama juga terjadi pada emiten semen swasta, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Pendapatan keduanya sama-sama merosot di sembilan bulan terakhir tahun ini. SMCB bahkan harus menanggung rugi hampir empat kali lipat lebih besar daripada di periode yang sama tahun lalu.

Di kuartal ketiga lalu, INTP mencatat penurunan pendapatan sebesar 7,5% menjadi Rp 10,51 triliun. Hal ini, ditambah dengan peningkatan beban usaha dan berkurangnya bagian atas laba neto entitas asosiasi, membuat laba perusahaan tertekan hingga 55,31% menjadi Rp 1,41 triliun.

Pendapatan SMCB yang turun tipis 0,37% tak mampu membuat perusahaan ini keluar dari jerat rugi. Salah satu faktor utamanya adalah kenaikan biaya keuangan sebesar 125,5% lantaran naiknya selisih kurs dari pinjaman dalam denominasi dollar Amerika Serikat (AS). Akibatnya, rugi yang harus ditanggung perusahaan naik hingga 304,96% menjadi Rp 647,9 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×