kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja emiten rokok batuk-batuk


Sabtu, 08 Agustus 2015 / 15:51 WIB
Kinerja emiten rokok batuk-batuk


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Prospek bisnis emiten rokok semakin menyesakkan dada. Lihat saja, kinerja keuangan produsen rokok di semester pertama tahun ini terus tertekan. Hal itu lantaran kampanye kesehatan semakin gencar.

Di sisi lain, daya beli masyarakat cenderung lesu. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) misalnya, mencatatkan laba bersih di semester I-2015 senilai Rp 5,03 triliun, menyusut 0,39% dibandingkan laba bersih di semester I 2014. Sementara PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) masih merugi.

Di semester pertama tahun ini, RMBA masih menderita kerugian bersih Rp 755,46 miliar, menyusut 8,28% ketimbang kerugian di semester I-2014 senilai Rp 823,67 miliar.

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe melihat, beban produsen rokok semakin berat. Salah satunya, cukai rokok naik. Kemudian ada larangan iklan rokok di televisi.

Kiswoyo menyebutkan, tersendatnya promosi menyebabkan perusahaan rokok sulit menambah konsumen baru.

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su memprediksi, emiten rokok masih menghadapi risiko di kuartal ketiga tahun ini. Seperti daya beli masyarakat cenderung lemah.

Di sisi lain, tingkat consumer confidence pada Juli turun ketimbang Juni tahun ini. Meski begitu, dia memproyeksikan, kondisi akan membaik pada kuartal keempat 2015. Proyeksi itu antara lain ditopang musim hujan yang menyebabkan orang sering merokok.

Ada pula potensi peningkatan daya beli masyarakat, terkait perputaran roda ekonomi di kuartal terakhir tahun ini. "Seharusnya ada perbaikan, tapi tak banyak," ungkap Harry, kepada KONTAN, Jumat (7/8).

Kiswoyo memperkirakan, beratnya tantangan produsen rokok masih akan berlangsung pada semester kedua ini. Bahkan dia memproyeksikan laba emiten rokok bisa turun hingga 10%.

Harga saham emiten rokok bergerak bervariasi. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), harga saham HMSP meningkat 22,36% ke posisi Rp 84.000 per saham.

Kemudian harga saham RMBA tumbuh 6,73% (ytd) menjadi Rp 555. Sedangkan harga saham WIIM melorot 21,44% (ytd) menjadi Rp 491 per saham. Harga GGRM juga terjerembab 22,41% (ytd) menuju Rp 47.100 per saham.

Harry masih menyukai GGRM, karena valuasinya cukup murah dengan rasio laba per saham atau price earning ratio (PER) sebesar 17x. Dia merekomendasikan buy GGRM dengan target Rp 55.000.

Sampai akhir 2015, Harry memperkirakan laba GGRM turun 8,58% (yoy) menjadi Rp 4,9 triliun. Adapun pendapatannya diproyeksikan tumbuh tipis 3,25% (yoy) menjadi Rp 67,3 triliun.

Di sisi lain, Harry menilai valuasi HMSP mahal dengan PER 35x. Sedangkan Kiswoyo melihat, saham HMSP menarik pasca divestasi saham oleh Philip Morris nanti.

Seperti diketahui, Philip Morris selaku pemilik HMSP berniat menjual sebagian sahamnya demi memenuhi ketentuan saham yang beredar di publik (free float) sebesar 7,5%.

Pasalnya, Philip Morris tak akan mau menjual rugi saham HMSP. Kiswoyo melihat, harga jual yang ditawarkan Philip Morris tersebut dapat menjadi acuan minimal target harga HMSP 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×