Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Memasuki akhir 2025, Abida memperkirakan kinerja sektor properti akan tetap bergerak campuran. Emiten dengan proyek siap serah akan mencatat pertumbuhan laba, sedangkan pengembang yang masih dalam tahap pembangunan berpotensi menghadapi tekanan.
Namun, pada 2026, sektor ini diperkirakan mulai pulih merata seiring pengakuan pendapatan tertunda dari pra-penjualan 2024–2025 serta meningkatnya aktivitas serah terima unit.
Abida menilai, aktivitas akuisisi lahan oleh pengembang besar seperti BSDE dan CTRA menjadi sinyal positif atas kesiapan memasuki siklus pertumbuhan baru di 2026–2027.
Baca Juga: PT PP (PTPP) Kantongi Nilai Kontrak Baru Rp 16,88 Triliun per Kuartal III 202
Dukungan juga datang dari perpanjangan insentif PPN DTP hingga 2027 yang menjaga minat pasar rumah primer, serta ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke kisaran 3,75% pada 2026 yang berpotensi menurunkan suku bunga KPR.
Meski demikian, tantangan masih ada, mulai dari potensi stagnasi daya beli, risiko keterlambatan proyek, hingga tekanan margin akibat kenaikan biaya konstruksi.
Sektor perkantoran juga masih menghadapi kelebihan pasokan, meski dampaknya terbatas bagi emiten yang fokus di segmen residensial.
Untuk saat ini, Abida merekomendasikan buy untuk sejumlah saham properti unggulan, yakni BSDE dengan target harga Rp 1.450 per saham, CTRA Rp 1.600, PWON Rp 640, dan SMRA Rp 800 per saham.
Selanjutnya: Kumpulan Link Twibbon Hari Wayang Nasional pada 7 November 2025
Menarik Dibaca: Kumpulan Promo Ancol Beli 1 Tiket 3 Petualangan Hemat, sampai 30 November Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













