Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten poultry diprediksi akan melambat di kuartal II 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada bulan Mei 2024 sebesar 0,03% secara bulanan atau month on month (MoM). Adapun komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi 0,15% serta daging ayam ras dan ikan segar dengan deflasi masing-masing 0,03%.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan deflasi yang terjadi pada Mei 2024 tersebut bukan disebabkan turunnya daya beli. Menurut dia, kondisi itu lebih disebabkan fluktuasi harga rendah yang disebabkan pasokan sejumlah barang tengah tinggi.
"Maka dari itu normalisasi supply barang yang ada di market bisa menjadi titik balik dari sentimen ini," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Selasa (4/6).
Miftahul melihat deflasi tidak akan berpengaruh signifikan pada kinerja emiten poultry di Indonesia. Dia menilai, daya beli masyarakat Indonesia masih terjaga.
Baca Juga: CPIN Membidik Pertumbuhan Dobel Digit di Tahun Ini
Kinerja emiten poultry di kuartal pertama masih meningkat. Penjualan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) meningkat 18,36% menjadi Rp 13,92 triliun pada kuartal I 2024. Sedangkan laba bersih Japfa mencapai Rp 664,82 miliar di kuartal pertama tahun ini, berbalik dari kerugian Rp 249,9 miliar di kuartal pertama tahun lalu.
Sedangkan penjualan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) naik 9,6% menjadi Rp 15,9 triliun di kuartal pertama tahun ini. CPIN meraup kenaikan laba hingga 195,1% menjadi Rp 711,03 miliar dari Rp 240,9 miliar di kuartal pertama tahun lalu.
Menurut Miftahul, peningkatan kinerja emiten poultry dipengaruhi oleh momentum hari-hari besar pada kuartal I 2024. Permintaan produk unggas terutama meningkat pada Ramadan dan Lebaran.
Meski begitu, Miftahul memperkirakan akan ada perlambatan kinerja pada semester dua 2024. "Mengingat momen hari-hari besar juga sudah mulai sedikit," ujar dia.
Risiko lain yang mengadang emiten poultry adalah kenaikan harga jagung. Potensi pelemahan daya beli juga bisa menekan kinerja emiten poultry hingga tutup tahun.
Baca Juga: Saham Defensif & Komoditas Berikut Bisa Jadi Pilihan Saat Capital Outflow Masih Deras
Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo Saragih memproyeksikan daya beli masyarakat pada kuartal II 2024 ini akan lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal I 2024 maupun kuartal II 2023.
"Selain itu juga kami memproyeksikan harga DOC dan broiler akan stabil pada level saat ini dalam satu hingga dua kuartal ke depan," ucap Andreas.
Andreas mencatat rata-rata harga DOC dan broiler bulanan pada bulan April 2024 mengalami kontraksi bulanan, tetapi tetap solid secara tahunan. Rata-rata harga DOC bulanan di Jawa Barat mencapai Rp 5.911 per ekor atau turun 15,4% MoM, namun tumbuh 83,7% YoY. Sedangkan harga ayam broiler tercatat sebesar Rp 21.761 per kilogram atau 3,1% MoM namun tumbuh 10,7% YoY.
"Kami mengaitkan koreksi bulanan ini dengan dampak pasca-libur Idul Fitri," ungkapnya.
Andreas merekomendasikan untuk hold saham CPIN dengan target Harga Rp 5.825 per saham dan hold JPFA dengan target harga Rp 1.360 per saham.
Sedangkan Miftahul merekomendasikan untuk buy on breakout pada JPFA dengan target harga Rp 1.545 dan hold pada PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dengan target harga Rp 690.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News