kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kinerja emiten konsumer masih naik tipis


Jumat, 03 November 2017 / 09:53 WIB
Kinerja emiten konsumer masih naik tipis


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan sejumlah emiten konsumer di kuartal III-2017 masih dibayangi perlambatan konsumsi masyarakat. Meski kinerjanya mulai membaik, rata-rata laba dan pendapatan emiten konsumer masih tumbuh tipis.

Contoh, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat kenaikan pendapatan 6,56% year on year (yoy) menjadi Rp 53,12 triliun di kuartal III-2017. Sayangnya, laba INDF hanya naik 1,2% yoy menjadi Rp 3,28 triliun.

Anak usaha INDF yang merajai pasar mi instan, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), hanya mencetak pertumbuhan pendapatan 3,6% menjadi Rp 27,43 triliun. Sedangkan labanya tumbuh 7,4% menjadi Rp 3,04 triliun.

Lalu, pendapatan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga hanya mendaki 3,69% dibanding tahun lalu menjadi Rp 31,21 triliun. UNVR berhasil mencetak kenaikan laba bersih 10,11% menjadi Rp 5,23 triliun. Tapi, pertumbuhan laba UNVR ini terjadi berkat berkurangnya beban keuangan, bukan karena peningkatan kinerja operasional.

Lalu, pendapatan produsen kopi instan dan makanan ringan PT Mayora Indah Tbk (MYOR), juga naik 7,38% menjadi Rp 14,29 triliun. Laba bersih MYOR tumbuh 7,15% menjadi Rp 927,85 miliar.

Menurut riset tentang perlambatan pertumbuhan ritel fast moving consumer goods (FMCG) oleh Nielsen Indonesia, perlambatan pertumbuhan emiten konsumer ini disebabkan berkurangnya konsumsi kelas menengah ke bawah sepanjang 2017.

Sejak Januari hingga September tahun ini, konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah, sebagai pemegang porsi konsumsi yang besar, mengalami perlambatan. "Ini karena ada penurunan gaji dan upah serta kenaikan harga yang berakibat pada pengurangan konsumsi," tulis Ernawati, Associate Director Nielsen Indonesia dalam risetnya Oktober lalu.

Dampak ini pun terasa pada lebaran lalu. Penjualan barang konsumsi di hari raya yang biasanya mampu tumbuh dua digit sejak 2012, anjlok pada lebaran tahun ini. Menurut Ernawati, pertumbuhan penjualan sewaktu lebaran 2017, hanya sebesar 5%, turun drastis dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 13,4%.

Mulai membaik

Di sisi lain, Analis NH Korindo Joni Wintarja meyakini daya beli masyarakat di kuartal ketiga tahun ini sudah mulai membaik, dibandingkan kuartal kedua lalu. "Secara kuartalan, penjualan UNVR dan INDF menunjukkan peningkatan kinerja," ujar dia. Joni yakin daya beli masyarakat akan terus membaik hingga akhir tahun ini.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, pertumbuhan kinerja emiten konsumer yang cenderung konservatif ini cukup wajar. "Pertumbuhan emiten konsumer memang tidak signifikan dari tahun ke tahun. Kecuali mereka melakukan inovasi besar," ujar dia.

Menurut David, perlambatan penjualan barang konsumsi justru bukan disebabkan pelemahan daya beli, melainkan disebabkan ada perubahan gaya hidup masyarakat.

Untuk saham-saham konsumer, Joni merekomendasikan buy saham UNVR, dengan target harga Rp 58,750, INDF dengan target Rp 10.250, dan ICBP di harga Rp 10.450.

Sementara itu, David merekomendasikan buy untuk saham INDF dengan target harga Rp 9.500 per saham, ICBP dengan target harga Rp 11.000 per saham, UNVR di target harga Rp 60.000 dan MYOR dengan target harga Rp 2.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×