kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.618   18,00   0,11%
  • IDX 6.928   95,03   1,39%
  • KOMPAS100 1.004   16,81   1,70%
  • LQ45 779   13,58   1,77%
  • ISSI 220   2,21   1,01%
  • IDX30 404   6,69   1,69%
  • IDXHIDIV20 476   8,63   1,85%
  • IDX80 113   1,61   1,44%
  • IDXV30 116   1,58   1,38%
  • IDXQ30 132   2,68   2,07%

Kinerja Emiten Farmasi BUMN Langsung Merosot Setelah Pandemi Berakhir


Selasa, 04 April 2023 / 12:16 WIB
Kinerja Emiten Farmasi BUMN Langsung Merosot Setelah Pandemi Berakhir
ILUSTRASI. Obat Oseltamivir dan Ivermectin produksi Indofarma (INAF). Pandemi Berakhir, Kinerja Emiten Farmasi Langsung Merosot


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Emiten farmasi BUMN telah merilis kinerja keuangan tahun 2022. Hasilnya, sejumlah emiten farmasi pelat merah belum bisa keluar dari kerugian. 

Terbaru, PT Indofarma Tbk (INAF) melaporkan kerugian tahun 2022 sebesar Rp 428,48 miliar.Mengutip laporan keuangan Indofarma yang dirilis akhir pekan lalu, rugi bersih emiten farmasi ini melejit hingga lebih dari 1.000% secara tahunan.

Membengkaknya kerugian Indofarma dipicu dari anjloknya pendapatan. Pada 2022, pendapatan INAF hanya mencapai Rp 1,1 triliun, melorot 60,5% secara tahunan yang masih Rp 2,9 triliun di 2021.

Baca Juga: Menderita Kerugian Tahun Lalu, Kimia Farma (KAEF) Siap Kantongi Laba Tahun Ini

Kinerja PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tahun 2022 tak kalah buruk. Pada 2022, KAEF merugi Rp 170,04 miliar. Angka rugi bersih KAEF ini memburuk dibanding tahun 2021 yang masih mencetak laba bersih Rp 302,27 miliar. 

Kerugian ini dipicu melorotnya pendapatan bersih KAEF sebesar 25,28% secara tahunan menjadi Rp 9,60 triliun dari Rp 12,85 triliun pada 2021.

Penurunan pendapatan KAEF, antara lain, dipicu merosotnya penjualan obat generik KAEF pada 2022 menjadi 59,1% jadi Rp 864,52 miliar. 

 

Selain itu penjualan obat ethical amblas 4,2% secara tahunan jadi Rp 2,961 triliun. Toh, pada 2022, KAEF telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41% atau Rp 189 miliar dibanding tahun 2021. 

Efisiensi beban usaha dilakukan melalui optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.

Baca Juga: Emiten Farmasi BUMN Belum Mencatatkan Kinerja Positif pada 2022

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai, penyebab utama kenaikan rugi emiten farmasi BUMN adalah berakhirnya pandemi Covid-19. 

Kondisi ini menyebabkan permintaan obat anjlok. "Faktor kenaikan bahan baku juga menjadi sentimen negatif yang menggerus margin laba para emiten farmasi BUMN," kata Pandhu.

Pandhu menambahkan nilai kurs rupiah yang lebih lemah juga menambah beban keuangan emiten. Pasalnya, sebagian bahan baku obat berasal dari impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×