Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) Grup Salim tercatat melemah di tahun 2023.
PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) misalnya, mencatatkan penjualan sebesar Rp 4,19 triliun di tahun 2023. Penjualan LSIP itu turun 9% dari penjualan di tahun 2022.
LSIP juga mencatatkan penurunan laba kotor 23% menjadi Rp 1,15 triliun, dari Rp 1,49 triliun secara tahunan atau year on year (yoy).
Akibatnya, laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk LSIP turun menjadi Rp 762 miliar di 2023, merosot 26% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 1,03 triliun.
Sementara itu, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 39% menjadi Rp 736 miliar sepanjang 2023. Pada tahun sebelumnya, laba bersih SIMP sebesar Rp 1,19 triliun.
SIMP mencatatkan penjualan sebesar Rp 16 triliun di 2023, turun 10% dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 17,7 triliun.
Baca Juga: Kinerja Emiten CPO Salim Group Lemah, Simak Rekomendasi Sahamnya
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, penurunan performa emiten CPO Salim Group ini salah satunya disebabkan turunnya harga jual rata-rata produk sawit dan produk minyak dan lemak nabati (EOF).
Miftahul melihat, kinerja emiten CPO di tahun 2024 kemungkinan masih akan tertekan. Ini sejalan dengan proyeksi Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) bahwa produksi CPO akan menurun 5%-10% di tahun 2024.
Selain itu, ada beberapa sentimen negatif di sektor CPO sepanjang tahun 2024. Salah satu sentimen negatifnya disebabkan oleh aktivitas agronomis sepanjang tahun 2022 dan 2023.
Misalnya, minimnya pemupukan, faktor iklim, dan tidak membaiknya harga CPO yang berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) yang rendah. Fluktuasi harga CPO akibat faktor geopolitik yang makin memanas juga akan mempengaruhi kinerja emiten CPO di tahun ini.
“Dengan adanya sentimen negatif di tahun ini, akan terjadi penurunan tingkat profitabilitas emiten yang bergerak di sektor CPO,” kata Miftahul.
Baca Juga: Penjualan Salim Ivomas Pratama (SIMP) Turun 10% menjadi Rp 16 Triliun di Tahun 2023
Miftahul pun masih menyarankan wait and see terlebih dahulu untuk saham LSIP dan SIMP.
Sementara, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham LSIP berada di level support Rp 845 per saham dan resistance Rp 875 per saham.
Sementara, pergerakan SIMP berada di level support Rp 354 per saham dan resistance Rp 368 per saham. Herditya pun merekomendasikan trading buy untuk kedua saham tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News