Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Meski prospek jangka pendek positif, emiten CPO menghadapi tantangan dari kebijakan pemerintah. Kehadiran Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan (PKH) berdasarkan Perpres Nomor 5 Tahun 2025 berpotensi menekan produksi.
Dalam pidato Sidang Tahunan MPR, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pemerintah telah menguasai kembali 3,1 juta hektare (ha) lahan sawit yang terverifikasi melanggar aturan.
Masih tersisa 0,6 juta ha lahan bermasalah yang belum kembali ke negara.
Baca Juga: Kinerja Emiten CPO 2024 Ditopang Kenaikan Harga, Bagaimana Peluangnya Tahun Ini?
Menurut Nafan, jika sebagian lahan yang dikuasai negara tersebut merupakan milik emiten, maka kinerja produksi mereka bisa terganggu dan berdampak pada prospek saham.
Atas kondisi ini, Nafan merekomendasikan strategi sell on strength untuk saham SGRO, BWPT, JARR, dan LSIP.
Sementara Kiswoyo lebih memilih strategi buy on weakness untuk TAPG dengan target harga Rp1.600–Rp1.800 per saham hingga awal 2026.
Ia juga merekomendasikan beli untuk AALI, LSIP, SGRO, dan BWPT dengan target harga masing-masing Rp12.000, Rp1.900, Rp4.000, serta Rp150–Rp180 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













