Reporter: Dityasa H Forddanta, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan infrastruktur yang masif dari pemerintah membuat emiten BUMN konstruksi turut ketiban pulung. Kinerja keuangan periode 2017 kompak menguat.
Terbaru, hasil kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Sepanjang 2017, emiten ini membukukan pendapatan Rp 15,16 triliun, naik 37% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 11,06 triliun. Sedang labanya melompat 64% jadi Rp 515,42 miliar.
Demikian juga halnya dengan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Perusahaan pelat merah ini mencatat kenaikan pendapatan 67% menjadi Rp 26,18 triliun. Sementara, laba bersih tercatat mencapai Rp 1,2 triliun, naik 20% dibanding 2016, Rp 1 triliun.
"Kapasitas perusahaan terpakai penuh dengan banyaknya proyek pemerintah," ujar Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, Selasa (13/3). Pertumbuhan positif kinerja diprediksi masih berlanjut tahun ini. Sektor konstruksi masih akan mencatat pertumbuhan di atas rata-rata. Menurut Alfred, beberapa emiten masih mampu mencetak pertumbuhan laba bersih 35% hingga 40% tahun ini.
Namun, prospek positif emiten BUMN konstruksi juga mulai terbatas. Sebab, sebentar lagi Indonesia akan memasuki momen pemilu presiden 2019. "Proyek pemerintah akan banyak selesai jelang tahun pemilu," kata Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee. Tantangan juga berasal dari depresiasi rupiah, terutama bagi emiten yang masih banyak menggunakan bahan baku impor.
Isu kecelakaan kerja juga patut jadi perhatian emiten konstruksi. Alfred bilang, ada masanya fokus pemerintah berubah dari infrastruktur ke sektor lain. Saat itu emiten konstruksi harus mencari pasar lain baik di dalam maupun luar negeri. "Karena itu kredibilitas harus dibangun sebagai portofolio," tambah Alfred. Kemampuan mengurangi atau bahkan membuat tingkat kecelakaan kerja menjadi nol merupakan salah satu cara membangun kredibilitas.
Untungnya, masih ada sentimen positif yang bisa menetralisir tantangan tersebut. Kinerja miten konstruksi bakal tertolong membaiknya arus kas, karena akan ada banyak proyek yang selesai tahun ini.
Hans merekomendasikan buy saham PTPP degan target harga Rp 4.000 per saham. Dia juga memberi rekomendasi serupa untuk saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan WIKA. Untuk WSKT, ia mematok target harga di Rp 3.000 per saham. Sedang target harga WIKA ditetapkan pada level Rp 2.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News