Reporter: Dityasa H Forddanta, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus kas operasi emiten konstruksi membaik. Emiten konstruksi mulai menerima pembayaran proyek turnkey, sehingga defisit arus kas operasional mulai berkurang.
Tengok saja arus kas operasional PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Per akhir 2017, arus kas emiten ini mencapai Rp 1,87 triliun, melesat 234% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. "Hal itu menunjukkan keuangan kami sehat dan memiliki kemampuan finansial yang tinggi untuk mendanai proyek," ujar ANS Kosasih, Direktur Keuangan WIKA dalam keterangan resmi, Selasa (13/3).
Peningkatan arus kas WIKA ini memang drastis. Asal tahu saja, menurut data RTI, pada kuartal tiga lalu arus kas operasional emiten pelat merah ini masih negatif Rp 2,70 triliun.
Arus kas PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga menunjukkan sinyal perbaikan. Meski masih negatif, besarannya berkurang menjadi Rp 5,96 triliun, turun 23% dibanding posisi di 2016 sebesar Rp 7,76 triliun. "Arus kas tahun ini akan lebih baik, kami prediksikan positif Rp 3 triliun," ujar Direktur Keuangan WSKT Tunggul Rajagukguk kepada KONTAN, kemarin.
Mulai cair
Tunggul menyebut, sejumlah pembayaran atas proyek terima jadi atawa turnkey dengan nilai besar bakal segera cair. Salah satunya pembayaran light rail transit (LRT) Palembang yang kini progress pengerjaannya mencapai 80%. WSKT bakal menerima sekitar Rp 6,3 triliun itu. "Kami harapkan sekaligus pada kuartal tiga nanti," kata dia.
Selain itu, WSKT juga akan menerima pembayaran sekitar Rp 8 triliun dari proyek Toll Batang-Semarang.
Cuma, tren perbaikan belum terlihat di kinerja keuangan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Defisit arus kas operasional perusahaan ini di 2017 justru naik 76% menjadi Rp 3,23 triliun.
Meski demikian, Direktur Keuangan ADHI Harris Gunawan yakin arus kas operasi tahun ini akan positif. Asal, pembayaran proyek LRT Jabodetabek berjalan lancar. "Kalau pembayaran dari KAI sesuai dengan kontrak per 3 bulan, arus kas akan membaik," tegas dia.
Adrianus Bias Prasuryo, analis UOB Kay Hian, mengatakan, arus kas operasi WSKT tahun ini memang akan positif. Tapi, bukan berarti hal itu sepenuhnya aman. WSKT sejatinya masih mencatat arus kas bebas negatif Rp 26,7 triliun, yang mana sekitar Rp 16,7 triliun berasal dari aset jalan tol. "Tahun ini arus kas bebas masih akan negatif," tulis dia dalam riset 12 Maret.
Kondisi tersebut akan membuat utang WSKT untuk mendanai berbagai proyeknya akan bertambah. Total utang WSKT tahun ini diprediksi mencapai Rp 62 triliun. Sehingga, interest coverage ratio jadi 3 kali, turun dari sebelumnya 4,9 kali di 2017.
Adrianus merekomendasikan hold WSKT dengan target harga Rp 2.600 per saham. Kemarin, saham WSKT melemah 1,11% ke level Rp 2.680 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News