Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Kedua analis sepakat, risiko terbesar tetap berasal dari fluktuasi harga komoditas, kebutuhan pendanaan proyek, potensi keterlambatan konstruksi, serta tren transisi energi global. Namun, strategi hilirisasi dan diversifikasi dinilai dapat memperkuat fundamental jangka panjang.
Meski kinerja keuangan tertekan, reli saham MDKA dan MBMA menunjukkan pasar masih optimistis terhadap prospek Grup Merdeka.
“Reli saham MDKA yang sudah naik lebih dari 50% kemungkinan besar dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap proyek emas Pani dan optimisme atas aset baru yang mendekati masa produksi,” jelas Ekky.
Sebaliknya, pelemahan saham Grup Alamtri dan ESSA dianggap sejalan dengan tekanan jangka pendek komoditas batubara dan amonia.
Baca Juga: Bakal IPO, Merdeka Gold Resources (EMAS) Incar Dana Hingga Rp 4,88 Triliun
“Investor cenderung menaruh minat lebih tinggi pada Grup Merdeka karena memiliki narasi pertumbuhan lebih menjanjikan dibandingkan Grup Alamtri maupun ESSA,” terang Arinda.
Untuk prospek ke depan, Arinda memperkirakan saham MDKA bisa mencapai Rp 2.640 per saham dan MBMA di Rp 540 per saham.
Ekky menambahkan, target jangka menengah saham MDKA berada di Rp 3.000–3.300 per saham, sementara MBMA di kisaran Rp 600–700 per saham.
Saham ESSA masih berada di bawah tekanan akibat harga amonia dan pasokan gas, namun berpotensi pulih jika kondisi pasokan membaik. Ekky memperkirakan saham ini bisa menuju Rp 800–900 per saham.
Selanjutnya: BNI Perkuat Komitmen ESG Lewat Konservasi Orangutan dan Rehabilitasi Hutan
Menarik Dibaca: Token SUN Melejit 33%, Masuk Top Gainers saat Pasar Kripto Turun Tajam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News