Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diproyeksi positif di 2025. Solidnya harga emas dan pemulihan bisnis nikel diharapkan mendukung kinerja emiten tambang ini.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly memandang, prospek kinerja ANTM masih positif di tahun 2025. Kontribusi kuat dari penjualan emas dan juga potensi pemulihan pendapatan segmen nikel diharapkan mendukung kinerja ANTM.
Rafly memaparkan bahwa emas telah berkontibusi signifikan pada kinerja ANTM di tahun lalu. Berdasarkan data Januari-September 2024, penjualan emas ANTM mencapai 918 ribu ons yang bertumbuh 47% yoy dengan harga jual rata-rata naik 26% yoy menjadi Rp 1,25 juta per gram.
Penjualan ANTM didorong oleh kenaikan harga emas global yang diperkirakan akan bertahan di level tinggi akibat potensi penurunan suku bunga global. Selain itu, harga emas terungkit berkat adanya pembelian masif oleh bank sentral global.
Sementara itu, kinerja segmen nikel masih menghadapi tantangan terkait izin rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang mempengaruhi produksi dan penjualan. Di sisi lain, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah telah mencapai tahap injeksi pertama akan memperkuat kontribusi di segmen bauksit dan alumina.
Baca Juga: Catat Harga Emas Antam Logam Mulia Hari Ini Kamis (2/1/2025) Naik Rp 9.000
‘’Kami mempertimbangkan kenaikan harga emas yang menguntungkan, potensi pemulihan segmen nikel, dan neraca keuangan ANTM yang solid dengan posisi net cash yang kuat,’’ kata Rafly saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/1).
Analis KB Valbury Sekuritas Laurencia Hiemas mengamati, kinerja ANTM yang unggul berkat pertumbuhan segmen emas yang kuat. Emiten pelat merah ini mencatat pendapatan kumulatif Januari-September 2024 sebesar Rp 43,1 triliun yang melonjak 39,8% yoy.
Kinerja positif ANTM didorong oleh segmen produk emas yang berkontibusi 83% terhadap pendapatan dengan volume penjualan mencapai 918 ribu ons yang meningkat sekitar 47% yoy. Penjualan emas ANTM meningkat seiring naiknya permintaan domestik dan strategi pemasaran yang sukses.
Sementara itu, segmen nikel terus menghadapi tantangan akibat masalah perizinan sejak awal tahun 2024. Produksi bijih nikel dan Feronikel ANTM menurun di sepanjang tahun karena keterlambatan izin RKAB yang berdampak pada keterlambatan pengiriman dan penjualan rendah.
Produksi feronikel ANTM turun 3,4%yoy menjadi 15,2 ribu ton, sementara produksi bijih nikel mengalami penurunan signifikan sebesar 31,6%yoy menjadi 7,3 juta ton. Dari sisi volume penjualan, feronikel turun 17,3%yoy menjadi 11,7 ribu ton, serta penjualan bijih nikel juga turun tajam sebesar 39,3%yoy menjadi 5,7 juta ton.
Meskipun menghadapi tantangan, Laurencia berujar, laba bersih ANTM tercatat sebesar Rp 2,2 triliun yang lebih rendah 22,7%yoy per September 2024. Penurunan laba bersih ANTM terutama disebabkan oleh kerugian kurs mata uang asing, namun hasil tersebut melampaui ekspektasi.
Laurencia memandang, ANTM telah memperkuat posisinya di berbagai segmen bisnis. Di segmen bisnis emas, ANTM telah meneken perjanjian offtake baru dengan Freeport hingga 30 ton per tahun membebaskan tarif impor, mengoptimalkan modal kerja, mengurangi risiko, dan memastikan pasokan yang stabil.
Selain itu, ANTM selaku produsen emas terbesar di Indonesia telah memperluas jaringan emas ritelnya untuk memenuhi permintaan logam mulia yang meningkat di tengah ketidakpastian pasar.
Di segmen nikel, izin pertambangan ANTM meningkat menjadi 12 juta ton, dengan target 15 juta ton untuk tahun 2025. ANTM juga mendapatkan kontrak prabayar senilai US$45 juta untuk memasok 3 juta ton bijih nikel ke PT Jiu Long Metal Industry.
Pada segmen bisnis Alumina, kilang SGA Mempawah berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan komisioning pada kuartal I-2025, dengan operasi komersial ditetapkan akan dimulai pada semester pertama 2025.
‘’Prospek positif ANTM di tahun 2025, didorong oleh harga emas yang kuat dan permintaan yang stabil,’’ ungkap Laurencia dalam riset 5 Desember 2024.
Lebih jauh lagi, dia menambahkan, pemulihan diharapkan di segmen nikel ANTM terutama dengan peningkatan volume penambangan bijih nikel yang didukung oleh RKAB tiga tahun yang disetujui, diantisipasi akan meningkatkan kinerja.
Laurencia menegaskan kembali rekomendasi Buy untuk ANTM dengan target harga Rp 2.100 per saham. Risiko utama perlu diantisipasi yakni potensi melemahnya permintaan di pasar nikel.
Sementara itu, Rafly merekomendasikan Hold untuk ANTM dengan target harga Rp1.700 per saham. Tantangan utama bagi ANTM di tahun 2025 meliputi volatilitas harga komoditas, izin RKAB, dan persaingan di pasar global.
Selanjutnya: Mantan Menteri Pertahanan Israel Gallant Mengundurkan Diri dari Parlemen
Menarik Dibaca: Hujan Terjadi di Mana? Ini Prakiraan Cuaca Besok (3/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News