kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Bitcoin unggul dibayangi harga emas yang kembali menguat


Senin, 03 Mei 2021 / 13:41 WIB
Kinerja Bitcoin unggul dibayangi harga emas yang kembali menguat
ILUSTRASI. Kinerja Bitcoin unggul dibayangi harga emas yang kembali menguat


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bitcoin berhasil torehkan kinerja tertinggi dibandingkan instrumen investasi lain hingga April 2021. Namun, pandemi Covid-19 yang belum berakhir, bahkan semakin bertambah jumlah kasus positif di beberapa negara, membuat investasi safe haven seperti emas kembali diburu dan harganya naik dalam sebulan terakhir. 

Tercatat, harga bitcoin naik sekitar 95,94% secara year to date (ytd) hingga April. Kinerja tersebut jauh mengalahkan kinerja instrumen jenis lain di periode yang sama. Sebagai perbandingan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 0,28% ytd. Sedangkan investasi emas batangan justru merugi 13,78% mengacu pada harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). 

Investasi di obligasi negara juga merugi 0,54% ytd, mengacu pada pergerakan indeks INDOBeX Government Total Return. Namun, investasi di obligasi korporasi masih memberi cuan 2,99% mengacu pada pergerakan indeks INDOBeX Corporate Total Return. 

Chief Executive Officer Triv.id, Gabriel Rey mengatakan salah satu faktor yang membuat harga Bitcoin naik signifikan adalah rendahnya tingkat suku bunga Bank Indonesia serta penggelontoran stimulus.

Baca Juga: Harga Ethereum terus cetak rekor tertinggi baru, tembus US$ 3.000

Kondisi tersebut membuat likuiditas pasar bertebaran hingga akhirnya masuk pada instrumen investasi yang mampu memberikan imbal hasil tinggi dibanding suku bunga deposito maupun yield US Treasury. 

"Begitu likuiditas uang di pasar sangat berlimpah, investor cenderung akan mencari risk appetite yang lebih tinggi, yaitu Bitcoin atau aset kripto lain," kata Gabriel, Jumat (29/4). 

Selama The Fed selalu mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah hingga 2022, Gabriel optimistis likuiditas pasar akan tetap melimbah dan harga bitcoin masih akan mengalami kenaikan yang signifikan. 

Sentimen lain yang mendukung kenaikan harga bitcoin maupun aset kripto lain juga datang dari proses pembentukan reksadana bitcoin oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC) Amerika Serikat. Perusahaan keuangan yang maju untuk membuat aplikasi Exchange Traded Fund (ETF) bitcoin ini adalah Fidelity Investment asal AS. 

"Fidelity bukan perusahaan keuangan biasa dan memiliki kekuatan lobby yang kuat untuk merealisasikan ETF bitcoin ini," kata Gabriel. 

Jika rencana ETF bitcoin disetujui Gabriel mengatakan aliran dana masuk ke aset kripto ini akan deras baik dari investor institusi maupun ritel. "Investor ritel tidak perlu repot lagi memikirkan hal teknikal dan bisa mendapat eksposure ke bitcoin," kata Gabriel. 

Baca Juga: Buffet Mengkritik Robinhood telah Mengubah Suasana Bursa Menjadi Kasino

Harga bitcoin, Gabriel proyeksikan mampu tembus ke US$ 100 per btc jika rencana pembentukan ETF bitcoin disetujui di tahun ini. "Presentase kemungkinan ETF bitcoin disetujui oleh SEC sangat tinggi di tahun ini," kata Gabriel. 

Namun, di satu sisi pandemi yang tidak kunjung usai bahkan terus bertambah jumlah kasus positifnya membuat kinerja emas jadi yang paling unggul di antara instrumen jenis lain selama  April.

Mengutip Bloomberg, harga emas spot tercatat naik 3,81% secara bulanan ke US$ 1.772 per ons troi. Sementara, harga emas Antam naik 0,09%.  

Sebaliknya, harga bitcoin justru menurun 3,64%.  Sedangkan, kinerja pasar saham, obligasi, dan valuta asing kompak berada di bawah angka kinerja harga emas. 

Faisyal Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan pelaku pasar kini kembali memburu aset safe haven seperti emas karena khawatir pandemi yang kini semakin meluas memperburuk pemulihan ekonomi global. 

Selain itu, harga emas terangkat naik setelah dollar AS cenderung bergerak melemah akibat Jerome Powell Gubernur The Fed mengatakan akan mempertahankan kebijakan akomodatif. 

Namun, kenaikan harga emas saat ini Faisyal proyeksikan akan terjadi sementara. Hingga akhir tahun, Faiyal memperkirakan harga emas cenderung melemah karena data ekonomi AS yang dirilis lebih baik dari perkiraan pasar.  Vaksinasi yang berjalan lancar di Eropa juga memunculkan optimisme pada perbaikan ekonomi global. Faisyal memproyeksikan jika ekonomi global membaik di semester II 2021, maka investor akan kembali beralih ke aset berisiko. 

Baca Juga: Ini penyebab harga Ethereum tembus rekor tertinggi sepanjang masa

Tidak jauh berbeda, pergerakan harga emas Antam di semester II-2021 akan bergantung juga pada pemulihan ekonomi global dan harga akan cenderung menurun. Apalagi, jika dollar AS menguat setelah data ekonominya membaik.

Faisyal memproyeksikan harga emas spot akhir tahun berada di rentang US$ 1.500 per ons troi-US$ 1.600 per ons troi. Sementara, harga emas Antam berpotensi menurun ke Rp 850.000 per gram-Rp 950.000 per gram. 

Sementara di pasar valuta asing, poundsterling memimpin kinerja tertinggi bila dibandingkan dengan kinerja valuta asing lainnya. Secara ytd pasangan mata uang GBP/IDR menguat 4,91%. 

Faisyal mengatakan poundsterling menguat karena masalah Brexit sudah selesai. Selain itu, muncul spekulasi yang lebih optimis terhadap poundtserling setelah Inggris menjadi negara yang pertama kali melonggarkan kebijakan lockdown dan melakukan vaksin secara agresif. 

Namun, hingga akhir tahun, Faisal menilai mengoleksi dollar AS sebagai investasi jadi yang paling menarik. Penyebabnya, poundsterling tidak lagi menarik karena pasca lebih dari 100 hari sudah Inggris dan Uni Eropa bercerai, nyatanya kesepakatan perdagangan Brexit membuat banyak eskportir Inggris merugi. 

Sementara, Faisyal menilai fundamental dollar AS lebih kuat. Fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada prospek ekonomi AS yang signifikan meskipun persoalan geopolitik masih menyelimuti. "Bahkan Powell mengatakan ekonomi AS memang sudah membaik meskipun suku bunga masih rendah," kata Faisyal. Terlebih ekonomi AS juga masih akan tersokong dari rancangan stimulus baru AS yang senilai US$ 1,8 triliun. 

Baca Juga: Kembali ke jalur pendakian, Bitcoin capai level US$ 57.000

Faisyal memproyeksikan pasangan mata uang USD/IDR berpotensi bergerak di Rp 14.500-14.600 di akhir tahun ini.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama, Edbert Suryajaya, mengatakan, pasar saham dan obligasi kinerjanya tertinggal dari instrumen investasi lain karena mendapat beragam sentimen negatif.

Pertama, kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed karena perbaikan ekonomi AS yang cepat. Selain itu, pandemi yang belum kunjung usai juga menambah kekhawatiran kinerja pasar saham dan obligasi. 

Edbert memproyeksikan pergerakan pasar saham masih akan fluktuatif hingga semester II-2021. Di akhir tahun, Edbert memproyeksikan kinerja IHSG tetap berpotensi tumbuh ke level 6.500-6.600. 

Sementara, Edbert memproyeksikan kinerja pasar obligasi masih akan naik meski terbatas. Kenaikan kinerja terbatas karena ekspektasi penurunan suku bunga saat ini juga terbatas. 

Selanjutnya: Aneka Tambang (ANTM) meraih laba bersih Rp 630,37 miliar di kuartal I 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×