Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (13/3), sektor kesehatan (IDX Healthcare) mencatatkan penurunan sejak awal tahun atau secara year to date (ytd) sebesar 1,80%.
Adapun penurunan sektor kesehatan tercermin dari salah satu kinerja keuangan emiten kesehatan yang belum menunjukkan performa yang positif pada tahun 2022.
Salah satunya PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) mencatat penurunan penjualan sebesar 50,20% menjadi Rp 37,73 miliar sepanjang tahun 2022. Pada tahun 2021 lalu, penjualan Hetzer masih berada di Rp 75,78 miliar.
Baca Juga: Prospek Dividen Bank BBRI, BBCA, BMRI, BBNI dan BBTN di Tengah Pertumbuhan Laba 2022
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan berakhirnya pandemi Covid-19 pada 2022 menjadi pemicu anjloknya kinerja pendapatan dan laba dari MEDS karena lebih dari 90% penjualan dikontribusi oleh Masker.
Adapun, penjualan MEDS didukung oleh alat penunjang kesehatan lain, seperti bouffant cap dan antiseptic di mana hal tersebut sudah tidak menjadi urgensi lagi di tengah era pandemi yang berakhir.
Praska mengatakan prospek emiten sektor kesehatan, khususnya di industri jasa dan peralatan kesehatan diperkirakan masih mengalami tantangan, terutama setelah kinerja di sepanjang 2022 cukup tertekan seiring dengan berakhirnya pandemi.
"Sektor kesehatan yang bergerak di bidang jasa rumah sakit dan laboratorium, trennya masih akan relatif stabil atau konsolidasi untuk kembali rebound," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (13/3).
Menurut Praskan sentimen yang mempengaruhi pergerakan emiten kesehatan terbilang masih netral, khususnya yang bergerak pada jasa kesehatan, seperti rumah sakit dan laboratorium.
Baca Juga: Beda Arah, Cek Harga Saham GOTO dan SLIS di Perdagangan Awal Pekan (13/3)
Adapun, hal itu karena jasa kesehatan masih menjadi kebutuhan di masyarakat meskipun tidak dengan frekuensi atau animo yang sebesar kebutuhan primer lainnya.
Menurut Praska secara valuasi emiten kesehatan mayoritas masih terbilang mahal dan tren harga saham juga mayoritas berada dalam tren bearish jangka panjang.
Namun, Praska melihat ada beberapa yang menunjukkan tren bullish seperti, HEAL, SILO, dan MIKA, dan beberapa emiten lain mulai mengalami konsolidasi pasca terjadi tren bearish, seperti PRDA dan CARE.
Praska merekomendasikan untuk memperhatikan saham HEAL, MIKA, dan PRDA untuk dijadikan alternatif investasi.
Sementara, Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan penurunan laba bersih MEDS didorong turunnya penjualan perusahaan selama tahun 2022. Lantaran MEDS kehilangan sumber pendapatan terbesar yang di dapatkan selama covid dari produksi masker.
"Kasus covid sudah mereda dan masuk masa transisi menuju normal, hingga sekarang sudah kembali normal di mana pemakaian masker sudah tidak diwajibkan lagi," jelasnya.
Nico mengatakan volume penjualan kurang lebih akan kembali ke level situasi sebelum covid di mana masker lebih dijadikan kebutuhan untuk peralatan medis.
Adapun, emiten sektor kesehatan lain di 2022 yang mengalami hal serupa yaitu SIDO yang mencatatkan penurunan laba bersih dibandingkan 2021.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat pada Pekan Ini, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Menurut Nico secara overall perubahan kinerja laba bersih sektor kesehatan menjadi yang paling terdampak seiring sudah tidak berlakunya pengetatan kebijakan akibat pandemi covid.
Disisi lain sejak kasus covid mulai melandai di tahun 2022 dan status PPKM sudah dicabut, mayoritas saham sektor kesehatan berada dalam tren penurunan.
Menurut Nico jika emiten di sektor kesehatan khususnya emiten Rumah Sakit ditopang oleh diversifikasi lini bisnis yang beragam maka diproyeksi tetap sanggup bertahan mencatatkan fundamental yang solid.
Selain itu, faktor positif bagi sektor kesehatan diperkirakan berasal dari proyeksi lebih stabilnya nilai tukar Rupiah di tahun 2023 lantaran mayoritas bahan baku dari impor jadi akan mengurangi beban produksi emiten rumah sakit.
Baca Juga: Bank Rakyat Indonesia (BRI) Selesaikan Kredit Sindikasi US$ 312 Juta
"Saham emiten kesehatan big caps yang punya fundamental baik dan punya diversifikasi yang luas akan tetap bisa mendapatkan manfaat kenaikan harga saham walaupun sudah tidak ada lagi pandemi covid," tuturnya.
Nico merekomendasikan beli saham HEAL dengan target harga Rp 1.735 dan KLBF dengan target harga Rp 2.300. lantaran saham HEAL dan KLBF memiliki sinergi yang kuat dan mempunyai pangsa pasar yang besar .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News