kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini Prospek Saham Sektor Barang Konsumsi


Kamis, 09 Maret 2023 / 18:33 WIB
Begini Prospek Saham Sektor Barang Konsumsi
ILUSTRASI. Saham sektor barang konsumsi memiliki prospek cerah menjelang Ramadan dan Lebaran.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor barang konsumsi memiliki prospek cerah menjelang Ramadan dan Lebaran. Apalagi, mulai terlihat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2023 yang berada pada level 122,4. 

Meskipun IKK sedikit menurun dibandingkan Januari di level 123, IKK lebih tinggi dibandingkan setahun sebelumnya yakni 113,1 pada Februari 2022.

Sejak awal tahun, sektor barang konsumsi primer menguat 1,72%. Kenaikan indeks sektoral ini lebih baik ketimbang IHSG yang turun 0,84% sejak awal tahun.

Tetapi tak semua saham barang konsumsi naik sejak awal tahun. Mengutip RTI Kamis (9/3), saham yang mengalami pelemahan yaitu PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), turun 8,57% secara year to date (ytd)  ke posisi harga Rp 480, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 8,55% secara ytd menjadi Rp 6.150 dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun 2% secara ytd ke Rp 9.800.

Sementara saham yang mengalami kenaikan yaitu, saham PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) naik 10,49% secara ytd menjadi Rp 158, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) secara ytd naik 9,20% atau ke Rp 2.730, dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) secara ytd naik 6,44% atau ke Rp 1.405 per saham.

Harga saham PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) naik 1,52% secara ytd ke Rp 2.010 dan PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) turun secara ytd ke 0,97% menjadi Rp 102.

Baca Juga: Tekanan Inflasi dan Penjualan Eceran pada April 2023 Diperkirakan Meningkat

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, emiten barang konsumsi diperkirakan masih akan dibayangi oleh harga komoditas pangan global yang masih tinggi meskipun berada dalam tren turun sejak pertengahan 2022 lalu. Penurunan harga komoditas dapat menambah katalis positif dari sisi efisiensi biaya.

Di sisi lain, dari sisi demand juga diperkirakan akan melanjutkan perbaikan pada 2023. Pasalnya dua bulan pertama 2023, IKK masih terus berada di atas 120. 

"Artinya dalam enam bulan ke depan konsumen di Indonesia memandang ada potensi perbaikan kondisi, terutama di sisi inflasi," kata Valdy.

Valdy melihat kenaikan harga jual umumnya dilakukan mengikuti kenaikan biaya bahan baku. Akan tetapi, jika kondisi inflasi menurun dan IKK terus konsisten di atas 120, dapat meningkatkan confidence emiten untuk menaikan harga jual untuk menjaga ataupun meningkatkan margin.

Baca Juga: IHSG Naik ke 6.799 Kamis (9/3), BMRI, BBNI, TLKM Paling Banyak Net Buy Asing

Selain itu, sentimen yang dapat mendukung emiten konsumsi berasal dari penurunan inflasi yang lebih cepat dari ekspektasi, peningkatan konsumsi di Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, dan suku bunga puncak BI yang lebih rendah dari kekhawatiran pasar.

Sementara katalis negatif berasal dari peningkatan ketegangan geopolitik yang kembali mendorong kenaikan harga pangan, angka inflasi yang persistent (sulit turun) dan peningkatan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan.

Berdasarkan analisa teknikal, Valdy merekomendasikan ICBP pada hold atau buy on support dengan target harga Rp 10.500 per saham, INDF di wait and see atau buy on support dengan target harga di Rp 6.550-Rp 7.000 per saham, MYOR rekomendasi maintain buy dengan target harga di Rp 2.940-Rp 3.000 per saham dan AISA pada maintain buy dengan target harga di level Rp 178-Rp 195 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×