Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) anggota indeks Kompas100 ini, kurang memuaskan. Hal ini karena lesunya bisnis di segmen perkebunan.
Dari sisi pendapatan, secara konsolidasi ASII sejatinya masih mampu mencatat kenaikan 3% menjadi Rp 116,18 triliun pada semester pertama tahun ini.
Baca Juga: Kinerja United Tractors (UNTR) ditopang bisnis emas
Namun, laba bersihnya turun 6% menjadi Rp 9,8 triliun. Alhasil, laba bersih per saham atau earning per share ASII turun dengan besaran serupa menjadi Rp 242 dari sebelumnya Rp 257 per saham.
Prijono Sugiarto, Presiden Direktur ASII mengatakan, lesunya konsumsi domestik turut memengaruhi kinerja grup. "Kinerja juga dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (30/7).
Bisnis perkebunan ASII di paruh waktu tahun ini hanya menyumbang laba bersih Rp 35 miliar. Nilai ini anjlok 94% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 625 miliar.
Baca Juga: Meski laba turun 3%, analis nilai kinerja Astra International (ASII) masih wajar
ASII menggarap bisnis perkebunan melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) anggota indeks Kompas100. Laba bersih perusahaan yang 79,7% sahamnya dimiliki ASII ini mencatat penurunan laba bersih 94% menjadi hanya Rp 44 miliar.
Secara volume, AALI sepanjang semester pertama tahun ini sejatinya mampu mencatat kenaikan volume penjualan 19% menjadi 1,2 juta ton minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Namun, rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) semester pertama 2019 turun 18% menjadi Rp 6.441 per kilogram (kg).
Penurunan tersebut menjadikan segmen bisnis perkebunan mengalami penurunan paling besar dibanding segmen bisnis yang lain, yakni otomotif, teknologi informasi dan properti.
Baca Juga: Saham BCA, ASII, dan GGRM masih diburu investor asing di tengah aksi net sell IHSG
Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjelaskan, AALI mengakumulasi pendapatan Rp 8,5 triliun, turun 5,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Hasil tersebut jauh di bawah target kami dan konsensus," ujar Andy, Selasa (30/7).
Secara konsensus, realisasi pendapatan AALI hanya setara 3,2% dari target. Sementara, versi Mirae, pendapatan itu hanya setara 3,9% dari target.
Baca Juga: Emiten otomotif belum akan garap kendaraan listrik dalam waktu dekat
Andy tengah menghitung ulang rekomendasinya untuk saham AALI. Namun, melihat performa AALI, kemungkinan dia menurunkan target harga saham AALI.
Sebelumnya, dia merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 11.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News