kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.970.000   24.000   1,23%
  • USD/IDR 16.319   -22,00   -0,13%
  • IDX 7.469   124,49   1,70%
  • KOMPAS100 1.044   14,12   1,37%
  • LQ45 790   8,31   1,06%
  • ISSI 251   6,62   2,71%
  • IDX30 409   4,38   1,08%
  • IDXHIDIV20 473   6,01   1,29%
  • IDX80 118   1,61   1,38%
  • IDXV30 122   3,33   2,82%
  • IDXQ30 131   1,50   1,16%

Kinerja ADHI dan WIKA Turun di Semester I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya


Rabu, 23 Juli 2025 / 19:09 WIB
Kinerja ADHI dan WIKA Turun di Semester I 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham untuk Adhi Karya (ADHI) dan Wijaya Karya (WIKA) yang cetak kinerja melemah di semester I-2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tercatat kurang menggembirakan pada semester II 2025.

ADHI mencatatkan, pendapatan usaha sebesar Rp 3,81 triliun di semester I 2025. Realisasi tersebut turun 32,8% dari pendapatan usaha Rp 5,68 triliun di periode sama tahun lalu.

Laba bruto ADHI sebenarnya tercatat Rp 572,87 miliar di semester I 2025, masih naik 9,82% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 521,66 miliar.

Sayangnya, pos bagian laba ventura bersama turun dari Rp 327,87 miliar di akhir Juni 2024 menjadi Rp 186,23 miliar di akhir Juni 2025.

Selain itu, ADHI juga mencatatkan rugi entitas asosiasi Rp 3,36 miliar di semester I 2025. Ini berbanding terbalik dari laba entitas asosiasi Rp 8,92 miliar di periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Kantongi Kontrak Baru Rp 3,5 Triliun hingga Juni 2025

Alhasil, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih ADHI menjadi Rp 7,54 miliar di akhir Juni 2024. Realisasi tersebut turun 45,2% YoY dari Rp 13,77 miliar di periode Januari-Juni 2025.

Senasib, pendapatan WIKA turun 22,5% yoy ke Rp 5,85 triliun per semester I 2025, dari sebelumnya Rp 7,53 triliun pada periode sama tahun lalu.

Penurunan pendapatan usaha itu pun diikuti dengan meningkat sejumlah beban dan koreksi pos pemasukan lainnya. Tengok saja, beban penjualan naik menjadi Rp 6,41 miliar per semester I 2025, dari sebelumnya Rp 5,30 miliar di semester I 2024.

Lalu, beban umum dan administrasi naik dari Rp 479,52 miliar menjadi Rp 509,31 miliar per 30 Juni 2025. Pos pendapatan lain-lain pun turun dari Rp 4,38 triliun di akhir Juni 2024, menjadi hanya Rp 891,36 miliar di akhir Juni 2025.

Untungnya, beban keuangan turun sedikit menjadi Rp 1,38 triliun di akhir Juni 2025, dari Rp 1,85 triliun di periode sama tahun 2024. Beban lain-lain juga turun dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 714,91 miliar per semester I 2025.

WIKA juga masih mencatat rugi entitas asosiasi Rp 84,5 miliar dan rugi pengendalian bersama Rp 542,31 miliar.

Alhasil, rugi bersih WIKA menjadi Rp 1,66 triliun sepanjang Januari–Juni 2025, berbalik dari posisi laba Rp 401,95 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Proyek Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Garapan Wijaya Karya (WIKA) Segera Rampung

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, penurunan kinerja saham konstruksi di semester satu ini adalah kombinasi beberapa faktor, terutama karena beban keuangan yang besar.

Lalu, minimnya proyek baru dan tekanan arus kas karena pembayaran proyek juga semakin menekan kinerja emiten. Namun, penurunan bisa dibilang sudah diantisipasi pasar.

“Ini mengingat tekanan utang tinggi di sektor konstruksi BUMN yang belum sepenuhnya teratasi, serta ketiadaan katalis besar seperti percepatan proyek infrastruktur baru di semester I,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (23/7).

Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, kinerja WIKA dan ADHI turun karena lemahnya proyek konstruksi sehingga pendapatan mereka mengalami penurunan. Selain itu adanya kenaikan beban usaha meskipun beban keuangan sudah sedikit turun, karena dampak restrukturisasi. 

“Alhasil, laba pun turun signifikan dan margin profit juga turun,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (23/7).

Untuk semester II, kondisinya masih akan relatif sama dengan paruh pertama tahun 2025, yakni dipenuhi berbagai tantangan struktural. 

Masalah seperti beban utang yang tinggi, tekanan dari suku bunga yang masih mahal, kebutuhan likuiditas yang besar, serta minimnya perolehan proyek baru akan terus membayangi kinerja emiten konstruksi pelat merah. 

“Pemulihan kinerja hanya mungkin terjadi jika terdapat restrukturisasi utang lanjutan, suntikan dana dari Danantara, atau masuknya investor strategis baru yang mampu mengurangi tekanan keuangan dalam waktu dekat,” katanya.

Ekky melihat, secara teknikal, saham ADHI masih berpotensi terkoreksi ke area support Rp 240 – Rp 250 per saham. Jika mampu membentuk sinyal pembalikan arah dan menguat kembali, saham ini berpeluang menguji resistance di kisaran Rp 300 per saham. 

 

Namun, jika tekanan berlanjut dan gagal bertahan, pelemahan bisa berlanjut menuju area Rp 200 – Rp 220 per saham. “Untuk saat ini, disarankan wait and see hingga muncul sinyal rebound yang lebih meyakinkan,” ungkapnya.

Sementara, Sukarno melihat, prospek kinerja emiten BUMN Karya di semester II bisa saja membaik jika kontrak baru meningkat. Terutama, untuk ADHI, karena memang di kuartal II pendapatan ADHI membaik secara kuartalan meskipun secara tahunan masih turun. 

Di sisi lain, kinerja ADHI masih berisiko melemah jika proyek tertunda. “Penurunan kinerja ADHI bisa saja menjadi sinyal awal tren pelemahan seperti WIKA dan WSKT jika tidak segera ada perbaikan operasional dan keuangan,” katanya.

Sentimen positif kinerja ADHI dan WIKA berasal dari potensi proyek baru, percepatan infrastruktur, dan efisiensi biaya. Sedangkan, sentimen negatif meliputi penundaan proyek, dan kerugian anak usaha.

Sukarno merekomendasikan hold untuk ADHI dengan target harga konservatif Rp 286 - Rp 300 per saham jika ada perbaikan.

“Namun, hindari dulu ADHI jika tekanan terus berlanjut. Patokan support di Rp 252 – Rp 246 per saham,” pungkas Sukarno.

Selanjutnya: AAUI Beberkan Sejumlah Tantangan yang Dihadapi Asuransi Umum Hingga Akhir 2025

Menarik Dibaca: Fitur Lifestyle Hadir di PLN Mobile, Perluas Layanan ke Ranah Hiburan dan Gaya Hidup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×