Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sependapat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan rupiah melemah dikarenakan harga minyak yang naik akibat kilang minyak Saudi Aramco diserang.
Hal ini menyebabkan mata uang negara-negara pengimpor minyak melemah. Ia bilang kurs rupiah merupakan mata uang urutan ketiga di Asia yang mengalami pelemahan terbesar.
"Ada Rupee India dan Peso Filipina, baru setelah itu rupiah yang menempati urutan ketiga pada pelemahan hari ini," ujar Josua.
Josua bilang, sentimen ini tidak bisa dipastikan akan berdampak dalam jangka panjang atau pendek. Menurutnya perlu melihat dulu upaya yang bisa dilakukan oleh Arab Saudi agar harga minyak tidak kembali naik. "Berharapnya sih jangka pendek dan ada upaya agar produksi minyak kembali normal lagi," ucap Josua.
Baca Juga: Rupiah melemah tipis ke Rp 13.990 per dolar AS setelah menguat empat pekan
Selain itu, Josua juga menyebutkan akan ada sentimen positif menjelang rapat FOMC. Kemungkinan The Fed yang akan memangkas suku bunga bisa menjadi sentimen positif untuk rupiah. "Datanya cukup mixed ya, jadi kita wait and see dulu," ucap Josua.
Dengan sentimen tersebut, Yudi dan Josua menilai rupiah masih akan melanjutkan pelemahan esok hari.
Josua bilang rupiah akan melemah di kisaran Rp 14.000-Rp 14.100 per dolar AS dengan target akhir tahun masih di Rp 14.100 - Rp 14.150 per dolar AS.
Sedangkan Yudi memprediksi rupiah berada di kisaran Rp 13.930 - Rp 14.140 per dollar AS dengan target akhir tahun Rp 13.500 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News