Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi di 2022 bergantung pada kondisi terkait pandemi Covid-19 dan varian baru yang tidak bisa diprediksi. Namun, pertumbuhan penerbitan surat utang korporasi tercatat meningkat hingga November.
Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) penerbitan surat utang listed seperti obligasi korporasi, sukuk, prepetual, sekuritisasi, DINFRA dan SBK hingga November mencapai Rp 93,99 triliun. Sementara, di periode yang sama tahun lalu penerbitan lebih rendah di Rp 77,53 triliun.
Namun, penerbitan surat utang non listed mencakup medium term notes (MTN) hingga November mencapai Rp 4,15 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang berada di Rp 6,93 triliun.
Jika ditotal realisasi penerbitan surat utang korporasi hingga November berjumlah Rp 98,14 triliun. Angka ini masih lebih tinggi dari periode yang sama di tahun lalu yang mencapai Rp 84,45 triliun.
Baca Juga: Harga Minyak Kompak Menguat Berikat Lonjakan Permintaan Bahan Bakar di AS
Sedangkan secara keseluruhan atau outstanding penerbitan surat utang korporasi dalam dua tahun terakhir cenderung menurun. Hingga November, outstanding penerbitan mencapai Rp 453 triliun. Sementara, di 2020 mencapai Rp 456 triliun dan di 2019 mencapai Rp 474,5 triliun.
Hingga akhir November, PEFINDO menerima mandat pemeringkatan yang belum terealisasi sebesar Rp 42,40 triliun.
Direktur Pefindo Hendro Utomo mengatakan mandat yang diterima saat ini kemungkinan baru terealisasi di tahun depan. Alhasil, ia memproyeksikan di akhir tahun ini penerbitan surat utang korporasi tumbuh tidak terlalu signifikan ke Rp 110 triliun-Rp 120 triliun.
Sementara, jumlah surat utang yang jatuh tempo di 2022 mencapai Rp 150,9 triliun. Alhasil, Hendro memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi di 2022 mencapai Rp 102 triliun hingga Rp 151 triliun.
Hendro menjelaskan penerbitan di tahun depan berpotensi stagnan seperti di tahun ini bila kondisi ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19 belum pulih benar.
Baca Juga: The Fed Beri Kepastian Kenaikan Suku Bunga, Bursa Asia Menguat
"Meski masyarakat saat ini sudah bisa beradaptasi dengan pandemi, tetapi ke depan masih perlu melihat perkembangan pandemi dengan varian virus barunya yang tidak dapat diprediksi," kata Hendro, Kamis (16/12).
Jika varian virus baru terus muncul dan berdampak pada pembatasan kegiatan maka pertumbuhan ekonomi bisa terhambat dan pelaku usaha menunda ekspansi serta investasi. Oleh karena itu penerbitan surat utang korporasi berpotensi stagnan di Rp 102 triliun di tahun depan.
Namun, bila pandemi Covid-19 bisa dikendalikan maka dampak ke pertumbuhan ekonomi akan positif. Pelaku usaha pun jadi terdorong untuk melakukan ekspansi dan investasi. Pengeluaran masyarakat juga akan bertambah termasuk kemampuan untuk berinvestasi dan menyerap obligasi korporasi.
Selain pandemi, sentimen yang perlu pelaku pasar waspadai adalah tren kenaikan suku bunga di tahun depan. Sudah terbukti penerbitan surat utang korporasi cenderung menurun dalam dua tahun ini, meski pemerintah berusaha menjaga suku bunga dalam level rendah.
Namun, hal itu tidak cukup untuk mendorong peningkatan kegiatan usaha di tengah ketidakpastian pandemi.
Namun, Hendro mengatakan jika pemerintah tetap dapat menjaga suku bunga di level yang kompetitif bagi penerbit, maka preferensi pelaku usaha untuk memilih menerbitkan surat utang akan terbuka lebar.
Di tengah suku bunga yang digadang-dagang akan naik di tahun depan, Hendro memproyeksikan pelaku usaha akan mengejar untuk segera menerbitkan surat utang saat suku bunga masih rendah di awal tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News