kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

Ketegangan Dagang China–AS Mereda, Pasar Saham Indonesia Siap Diburu Investor Asing


Senin, 19 Mei 2025 / 20:46 WIB
Ketegangan Dagang China–AS Mereda, Pasar Saham Indonesia Siap Diburu Investor Asing
ILUSTRASI. Meredanya ketegangan alias de-eskalasi antara China dan Amerika Serikat (AS) akan menjadi angin segar bagi pasar saham. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/04/2025


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya ketegangan alias de-eskalasi antara China dan Amerika Serikat (AS) akan menjadi angin segar bagi pasar saham, sebagai kelas aset berisiko. 

Katalis positif itu akan membawa aliran dana atau capital inflow investor asing mengalir ke emerging market, salah satunya, Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat 0,49% ke level 7.141,09 pada akhir perdagangan Senin (19/5).

Sepanjang hari investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 368,07 miliar di seluruh pasar. Namun sepanjang tahun berjalan ini, asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 48,81 triliun. 

Baca Juga: IHSG Menguat pada Senin (19/5), Simak Proyeksinya untuk Perdagangan Selasa (20/5)

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan kembalinya dana asing ke pasar modal Indonesia mengindikasikan pemulihan appetite investor ke instrumen yang lebih berisiko. 

Di samping faktor de-eskalasi perang dagang, lanjut Valdy, kondisi ekonomi dari masing-masing negara emerging market turut mempengaruhi inflow investor asing. 

“Khusus di Asia Tenggara, bursa saham yang relatif memiliki kemiripan dengan kondisi ekonomi makro yang relatif serupa Indonesia adalah Malaysia,” ucapnya kepada Kontan, Senin (19/5). 

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan memang aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia masih belum kuat.  

“Namun paling tidak aliran dana investor asing yang keluar sudah mulai mereda,” jelas dia dalam paparan virtual, Senin (19/5). 

Joezer bilang dalam 15 tahun terakhir, keperkasaan nilai dolar AS membuat valuasi saham di Negeri Paman Sam itu menjadi lebih premium dibandingkan emerging market. Namun ini mulai menurun karena perekonomian AS melambat. 

Potensi keluarganya dana asing dari pasar AS, membuka peluang bagi pasar saham Indonesia. Joezer mengatakan di kawasan ASEAN, pasar saham Indonesia masih menjadi primadona. 

Baca Juga: IHSG Menguat 0,49% ke 7.141 pada Senin (19/5), ADRO, MDKA, ESSA Jadi Top Gainers LQ45

“Pertama karena pasarnya paling besar di ASEAN dan yang kedua secara pertumbuhan Earning Per Share (EPS) masih cukup baik,” ucapnya. 

Dalam catatan Mandiri Sekuritas, CAGR EPS Growth Indonesia mencapai 7,4% per tahunnya dalam lima tahun terakhir. Sedangkan di Malaysia hanya 4,3%.

Secara valuasi pun, pasar saham IHSG juga tergolong murah. Untuk membandingkan, Mandiri Sekuritas menggunakan perhitungan valuasi dengan standar deviasi. 

Standar deviasi digunakan untuk mengukur seberapa besar fluktuasi valuasi pasar saham. Dalam perhitungannya, Mandiri Sekuritas menggunakan rata-rata 10 tahun terakhir. 

Hasilnya, forward Price Earning (PE) standard deviations dalam 10 tahun terakhir berada di minus 2,4. Sementara forward Price Book Value (PBV) standard deviation IHSG minus 1,6. 

Baca Juga: Cek Saham Bank LQ45 saat IHSG Naik Hari Senin (19/5), Ada Saham BBNI, BBTN, dan BBRI

”Secara PE dan PBV ratio IHSG sudah berada di bawah rata-rata 10 tahun terakhir. Jadi sudah cukup murah, ditambah potensi return menarik dari dividen,” ucap Joezer. 

Selain itu, pasar saham Indonesia akan menjadi pilihan karena pembagian dividen yang semakin tinggi. Joezer menyebut dividen ini menjadi katalis tambahan untuk menarik investor.

“Dividen emiten Indonesia mengalami kenaikan saat ini dividend yield mencapai 4%–5%. Ini membuat investor mendapat potensi imbal hasil dari dividen sembari menunggu sentimen pendukung,” katanya. 

Tak hanya itu, lanjut Joezer, adanya kebijakan atau relaksasi pembelian kembali saham alias buyback saham cukup membantu untuk menciptakan katalis positif dan kepercayaan dari pelaku pasar. bagai kelas aset berisiko. 

Target IHSG Akhir Tahun

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan walaupun pasar saham Indonesia memiliki potensi, dana asing berpotensi terbagi ke pasar saham lainnya. 

“Saingan terbesar akan berada di China, di mana Negeri Tirai Bambu itu mulai bangkit, bahkan menjadi negara yang jauh lebih menarik untuk berinvestasi dibandingkan Indonesia,” ucapnya. 

Meski pun IHSG sudah kembali rebound ke level 7.000, tetapi Nico belum melakukan revisi target. Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan IHSG berada di kisaran 7.720–7.920 hingga tutup 2025. 

Sementara, Phintraco Sekuritas melakukan revisi target IHSG menjadi 7.690 pada akhir 2025 ini dengan PER berada di kisaran 13.89 kali. Lalu, Mandiri Sekuritas memproyeksikan memproyeksikan IHSG ada di kisaran 7.150–7.600

Selanjutnya: Ini Alasan OJK Cabut Izin Usaha Fintech Lending Ringan

Menarik Dibaca: 5 Tips Cara Menghadapi Pasangan yang Ketahuan Selingkuh, Jangan Balas Dendam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×